Minggu, 01 Maret 2015

Speed boat anti peluru buatan Banten ini sudah mendunia



Efendi Ari Wibowo | Sabtu, 8 November 2014

Speed Boat antipeluru buatan Banten. ©2014 Merdeka.com/Efendi

Merdeka.com - PT Bay Industrial Indonesia yang berada di Ciujung Banten memproduksi kapal patroli anti peluru. Kapal jenis speed boat ini pun sudah dikenal di dunia internasional.

"Keunggulannya, kapal patroli ini tahan benturan dan tahan peluru. Materialnya polimer composite dan dilapisi foam penahan peluru, jadi anti pelurunya jika level 3, level 3 + AK 47, dan MSC, di luar itu tidak," kata Owner PT Bay Industrial Indonesia Lee Ki Hyoeng di JIExpo Kemayoran
Jakarta, Jumat (7/11).

Menurutnya kapal patroli ini telah diuji coba oleh TNI. Kapasitas kapal patroli ini mencapai puluhan orang.

"Kapal patroli ini namanya Air BB (Bullet Proof Boat) dan sudah dimiliki Kopassus untuk uji coba. Daya angkut mencapai 26 orang," terang dia.

Lanjut dia, harga kapal patroli ini mencapai miliaran rupiah. Sampai sekarang baru negara kawasan Asia yang menikmati kualitasnya.

"Harganya lebih dari tiga miliar rupiah. Kemarin dari Jerman mau pesan, kalau yang sudah pakai Malaysia, Arab, Dubai dan Filipina sedang Nigeria sudah sangat tertarik," pungkas dia.

Timur tengah pesan 200 machine gun canggih buatan Indonesia



Efendi Ari Wibowo | Sabtu, 8 November 2014

 Eli Gun. ©2014 Merdeka.com/Efendi


Merdeka.com - PT Danan Armaments Technology, salah satu produsen senjata dalam negeri mampu membuat machine gun kelas dunia. Machine gun bernama eli gun ini produksinya bekerjasama dengan Italia.

"Kita sudah bisa membuat senapan mesin kerjasama antara Indonesia dan Italia. Eli gun ini dimaksudkan untuk keperluan militer," kata Dirut Danan Armaments Technology Dananjaya Trihardjo di JIExpo Kemayoran
Jakarta, Jumat (7/11).

Dia menyatakan eli gun ini telah diuji coba dipasang di helikopter. Proyeksi ke depan eli gun dapat juga diintegrasikan ke kapal laut.

"Ini bisa diintegrasikan ke helikopter Bolco dan rantis (kendaraan taktis). Ke depan sudah bisa diintegrasikan pada kendaraan tempur termasuk kapal," terang dia.

Lanjut dia, kecepatan melontarkan peluru dapat mencapai ribuan butir per menit. Harga senjata ini pun mencapai ratusan ribu dolar.

"Dengan kecepatan eksternal (pakai baterai), bisa keluarkan peluru 30-50 per detik dan 3.000 peluru per menit. Harganya di atas USD 150.000 tapi di bawah USD 300.000," terang dia.

Ngebet jual alutsista, Dubes AS yakin Indonesia tak diembargo



Marcheilla Ariesta Putri Hanggoro | Sabtu, 8 November 2014


Dubes AS untuk Indonesia Robert O. Blake. (c) polit.uz

Merdeka.com - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake menegaskan kerja sama penjualan alat utama sistem persenjataan (alutsista) kedua negara bakal berkesinambungan. Negara Adi Daya itu tak lagi menganggap Indonesia sebagai ancaman terhadap demokrasi. TNI pun dinilai sudah berbenah, meninggalkan praktik pelanggaran hak asasi di era Orde Baru.
"Soal embargo, kita sudah berada di fase kerja sama pertahanan yang berbeda. Indonesia sekarang menjadi negara demokrasi kuat, menjadi panutan negara-negara lain. Itu membuat kami percaya diri meningkatkan platform alutsista dan menawarkan model lebih canggih," kata Blake seusai melawat ke Pameran IndoDefense di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/11).
Untuk membuktikan ucapannya, dia pun menyitir pembelian beberapa unit Helikopter Apache oleh Kementerian Pertahanan. Blake mengatakan, tidak sembarang negara diizinkan membeli heli tempur tersebut.
"Hanya ada 11 negara yang kami izinkan membeli helikopter itu," ujarnya.
Indonesia tahun ini ingin kembali membeli helikoper dari AS. Maret lalu, TNI Angkatan Darat meminta beberapa unit Black Hawk dan Chinook agar masuk pagu anggaran Kementerian Pertahanan.

Sedangkan transaksi yang sudah deal dengan negara adi daya itu adalah pembelian delapan unit helikopter serang AH-64D Apache. Nilai pembelian alutsista udara itu mencapai USD 250 juta (setara Rp 3,1 triliun) dan rencananya seluruh unit tiba di Indonesia pada 2017.
Blake berharap pemerintah Indonesia tidak cuma membeli helikopter. Banyak jenis alutsista lain bisa dilirik. Dalam Pameran IndoDefense, wakil AS mencapai 19 perusahaan.
Dubes Negeri Paman Sam itu sekaligus menyitir meningkatnya nilai penjualan alutsista ke Indonesia. Ini menurutnya membuktikan bahwa insiden embargo pada 1999 lalu tak lagi berpengaruh dalam kebijakan pengadaan Kemenhan.
"Tahun kemarin, kami berhasil menjual sekitar USD 250 juta perlengkapan militer ke Indonesia. Di masa depan angka itu belum memasukkan Apache," ungkap Blake.
Dia pun tidak menampik bahwa AS memang ngebet menjual peralatan militer buat TNI AD, AL, maupun AU. Alih teknologi akan jadi insentif agar militer Indonesia kembali melirik senjata Made in USA.

Itu, menurut Blake, sudah dibuktikan lewat kerja sama sektor BUMN-swasta. Yakni antara PT Dirgantara Indonesia dengan PT Honeywell Indonesia. Perusahaan suku cadang penerbangan itu memasok alat avionik, transponder navigasi dan sebagainya buat PT DI. Mayoritas merupakan komponen lokal.
Blake menjamin, skema kerja sama serupa bisa diterapkan dalam penjualan alutsista buat TNI. "Saya tidak bisa bilang target (peningkatan penjualan alutsista). tentu akan berkembang seiring kebutuhan militer Indonesia," imbuhnya.
Untuk diketahui, TNI cukup trauma dengan embargo penjualan suku cadang alutsista oleh AS selama 1999-2005. Pelarangan itu muncul setelah terjadi insiden pembantaian warga sipil Timor Leste, diduga oleh militer Indonesia.
Peralatan canggih seperti jet tempur dan meriam mangkrak di awal era Reformasi akibat tak ada suku cadang. Itu pula alasan Kemenhan era Megawati melirik Rusia dan negara-negara lain sebagai pemasok kebutuhan alutsista.

RI rajin beli alutsista AS, Dubes Blake janji alih teknologi



Marcheilla Ariesta Putri Hanggoro | Jumat, 7 November 2014


Dubes AS Robert Blake (tengah) di Pameran Alutsista IndoDefense. ©2014 Merdeka.com/Marcheilla A.P Hanggoro
Merdeka.com - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake menyatakan beberapa tahun terakhir setelah embargo dicabut, pemerintah semakin rajin membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negaranya. Oleh sebab itu, dia mengupayakan agar setiap transaksi pembelian senjata dari AS diimbangi dengan alih teknologi kepada insinyur asal Tanah Air.
Hal itu disampaikannya saat menyambangi Pameran Alutsista IndoDefense di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/11).
Menurut Dubes Blake, semakin banyak perusahaan-perusahaan militer AS sangat ingin bekerja sama dengan Indonesia. Apalagi ada kabar anggaran dana pertahanan di Tanah Air akan di tingkatkan.
"Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat sangat tertarik dengan peluang yang ada disini. Menteri pertahanan tadi mengatakan pada saya anggaran pertahanan akan ditingkatkan 1,5 persen dari APBN secara keseluruhan," urai Blake setelah berkeliling area pameran.
Pada IndoDefense tahun ini, 19 perusahaan alutsista Amerika ikut serta. Mereka menghadirkan bermacam alat tempur mulai dari tank, helikopter, pesawat tempur, kapal tempur dan juga senapan laras panjang.
Dubes Blake secara khusus mempromosikan alutsista unggulan Negeri Paman Sam, seperti Helikopter tempur Apache, jettempur F-16, atau FA-18 EF Super Hornet.
Bila pemerintah tertarik membeli alutsista negaranya, dia menyampaikan pada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bahwa Washington akan mengupayakan setiap perusahaan melakukan alih teknologi.
"Saya juga menjelaskan tadi (pada menhan) banyak sekali proses lokalisasi yang akan dilakukan. Seperti barusan saya melihat penandatanganan Honeywell dengan PT Dirgantara Indonesia, di mana PTDI akan lebih memperluas lokalisasi industri yang akan dilakukan di Indonesia," tutur Blake di Hall A JI Expo, Kemayoran.
Indonesia tahun ini ingin kembali membeli helikoper dari AS. Maret lalu, TNI Angkatan Darat meminta beberapa unit Black Hawk dan Chinook agar masuk pagu anggaran Kementerian Pertahanan.
Sedangkan transaksi yang sudah deal dengan negara adi daya itu adalah pembelian delapan unit helikopter serang AH-64D Apache. Nilai pembelian alutsista udara itu mencapai Rp 3,1 triliun dan rencananya seluruh unit tiba di Indonesia pada 2017.