Sabtu, 19 Desember 2015

Menteri Pertahanan Sudah Tandatangani Pembelian Su-35



26 November 2015
 Su-35 memiliki kemampuan dan kecanggihan diatas Su-30

Jakarta, – KASAU Marsekal Agus Supriatna menyatakan pemerintah telah sepakat memilih Sukhoi Su-35 buatan Rusia sebagai pesawat tempur pengganti F-5 Tiger yang telah uzur.
“Saya baca dokumen yang dikirim Kementerian Pertahanan ke Bappenas. Yang sudah ditandatangani Menhan adalah Sukhoi Su-35,” kata Agus di Jakarta.
Mencari pengganti 16 pesawat F-5 Tiger yang dioperasikan Skuadron Udara 14 Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, memang menjadi salah satu target utama TNI AU saat ini.
Agus mengatakan, sebelum Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meneken kesepakatan pengadaan Sukhoi Su-35, TNI AU telah mengirimkan sepsifikasi teknologi pesawat yang mereka nilai pantas menggantikan F-5 Tiger.
TNI AU menyodorkan dua pesawat tempur sebagai pilihan: F-16 Viper, Lockheed Martin Amerika Serikat, dan Sukhoi Su-35 buatan Sukhoi Rusia.
“Sebagai pengguna, TNI AU hanya mengirimkan tech spec pesawat yang kami inginkan untuk memenuhi tugas kami,” ujar Marsekal Agus.
F-16 Viper dan Sukhoi Su-35 disodorkan TNI AU untuk dipilih karena mereka tak ingin mengubah sistem pemeliharaan secara ekstrem. “Kalau Sukhoi Su-35 kan sama dengan Sukhoi Su-30 yang sudah kami operasikan saat ini,” kata Agus.
Dari dua pilihan tersebut, TNI AU akhirnya memilih Su-35 yang dikenal dengan sebutan jet tempur siluman karena kecanggihan teknologinya yang tepat berada di bawah pesawat siluman generasi kelima.
Su-35 dapat menghilang dari radar, dilengkapi peralatan jamming untuk menurunkan kemampuan radar musuh, dan memiliki kecepatan supersonik sekitar 1,5 mach atau dua kali kecepatan suara.
Meski demikian, Agus memperkirakan instansinya tak dapat membeli Su-35 sebanyak 16 unit seperti jumlah F-5 Tiger sebelumnya, karena menyesuaikan dengan anggaran yang disediakan pemerintah untuk TNI AU.
“Dengan menghitung anggaran yang ada, mungkin beli 12 pesawat Su-35 saja. Tapi saya minta isinya sudah lengkap,” kata Agus.
Saat ini TNI AU mendapat alokasi anggaran US$3,1 miliar atau sekitar Rp41 triliun untuk modernisasi alat utama sistem senjatanya. Anggaran itu akan digunakan selama periode 2015-2019.

TNI AU Pesan 12 Jet Tempur SU-35



24 November 2015
SU-35 (© Sputnik/ Grigoriy Sisoev)
Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akhirnya memesan 12 jet tempur Sukhoi SU-35 lengkap dengan persenjataan dan perangkat pendukungnya. Hal ini disampaikan KASAU Marsekal Agus Supriatna saat bertemu dengan para pimpinan media di Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa, 24/11/2015.
Menurut Marsekal Agus Supriatna, pengajuan dari Kementerian Pertahanan telah disampaikan ke Bappenas. “Saya sudah melihat, pengajuan dari Kemhan untuk pembelian SU-35 ke Bappenas”, ujarnya.

Proses penbelian ini diawali dengan pengajuan dua kandidat pengganti F-5 Tiger, yakni SU-35 dan F-16 Viper.
Kedua pesawat itu dipilih, karena merupakan pesawat generasi 4,5.
“Pengganti F-5 Tiger harus di atas generasi 4. Mengapa kedua jenis pesawat itu yang kita pilih, bukan Eutofighter misalnya, agar ada kesinambungan bagi pilot dan mekaniknya dengan pesawat Sukhoi dan F-16 yang sudah kita punya. Tinggal upgrade kemampuan avionik dan beberapa hal lain”, ujar Kasau.
Setelah melakukan pengkajian yang mendalam, akhirnya SU-35 yang dipilih oleh Kementerian Pertahanan untuk diproses ke Bappenas.
Sebenarnya TNI AU hendak membeli satu skadron Su-35 dengan jumlah 16 unit. Namun karena dana terbatas, diputuskan untuk membeli 12 pesawat Su-35 tapi dengan persenjataan lengkap.
“Kalau punya pesawat tempur, harus siap bertempur 100 persen. Harus dilengkapi dengan persenjataan dan perangkat pendukung. Dan kita membeli yang baru”, ujar Marsekal Agus Supriatna. (JKGR).

Bozena 4: Robot Penghancur Ranjau Andalan Yon Zipur TNI AD





Gara-gara hamparan ladang ranjau, tak hanya gerak laju unit infanteri yang bakal terhambat, tapi elemen kavaleri pun harus berpikir dua kali untuk melintasi area yang diduga ditanami ranjau darat. Maklum yang jadi horror tak hanya ranjau anti personel, tapi juga ranjau anti tank. Menghadapi tebaran dan ancaman ranjau, di lingkup TNI AD umumnya dipasrahkan pada satuan zeni tempur (Zipur).

Dengan metode netralsir ranjau yang masih konvensional, jelas ada potensi korban tewas dan cedera dari pihak tim penjinak. Nah, berangkat dari kasus diatas, hadirnya perangkat mine clearing system jadi mutlak dihadirkan. Medan konflik di Sudan, Afghanistan, Ethiopia, dan Sri Lanka, menjadi ajak pembuktian betapa perlunya mine clearing system, tak hanya untuk misi militer, solusi ini besar perannya untuk keselamatan warga sipil di area bekas konflik.

 

Zipur TNI AD pun tak ketinggalan update alutsista, sejak tahun 2013 telah didatangkan robot penghancur ranjau Bozena 4, buatan Way Industry, Slovakia. Dari segi tampilan, robot berpenggerak 4×4 ini mirip perpaduan forklift dan mesin pembajak sawah. Cara kerjanya, Bozena 4 dioperasikan secara remote oleh seorang personel. Jarak jangkau kendalinya maksimal 5 km untuk medan datar, sementara di medan hutan dan pegunungan jangkauan kendali sekitar 2 km. Dengan kendali remote, Bozena 4 sanggup beroperasi selama 11 jam.

Untuk menetralisir ranjau, dilakukan secara manual dengan memanfaatkan tenaga dari ‘pukulan’ rantai baja pada flail unit. Flail unit berbentuk bulatan datar yang tergantung pada rantai baja terletak dibagian depan, mirip dengan alat bajak sawah modern. Flail unit akan memutar rantai dengan iraman tertentu guna memicu reaksi ranjau. Biasanya ranjau darat ditanam di kedalaman 25 – 30 centimeter. Karena jenis ranjau yang berbeda, ketinggian dan kecepatah putaran flail unit juga dapat disesuaikan, mulai dari 350 – 500 RPM. Flail unit punya lebar 2,2 meter dan sanggup menetralkan ranjau berhulu ledak TNT seberat 9 kg. Bozena 4 memiliki efisiensi kerja maksimum 2,500m² / jam berdasarkan jenis kondisi tanah dan medan.


Bozena 4 ditenagai mesin diesel turbocharged Deutz BF 6L914 110 kW (147 HP). Kapasitas bahan bakar 140 liter dan Bozena mampu bergerak dengan kecepatan maksimum 9 km per jam.


Konsumsi bahan bakarnya mencapai 13,2 – 19,5 liter untuk operasi per jam.Bozena 4 dengan bobot total 6,9 ton ini juga dilengkapi lapisan pelindung baja guna memproteksi beberapa perangkat vitalnya. Untuk saat ini, TNI AD mengoperasikan dua unit Bozena 4, masing-masing ditempatkan di Yon Zipur 9 di Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat, dan satu lagi di Yon Zipur 10 di Pasuruan, Jawa Timur. Bozena 4 Yon Zipur 9 telah digunakan dalam ajang Latihan Tempur TNI AD di Martapura, Sumatera Selatan pada bulan Juni 2015.


Hingga tulisan ini dibuat, Populasi Bozena 4 mencapai 80 unit di seluruh dunia dan telah malang melintang berlaga di Afghanistan, Sudan, Sri Lanka, Nigeria, Ethiopia, dan perbatasan Turki – Suriah. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Bozena 4
Length total 5 280 mm
Length of Prime mover 3305 mm
Length of Flail unit 2000 mm
Width of Prime mover with tracks 1985 mm
Width of Flail unit 2840 mm
Height of Prime mover 2270 mm
Weight total 6983 kg
Weight of Prime mover 5576 kg
Weight of Flail unit 1407 kg
Engine Deutz BF 6L914, turbo
Rated power at 2 500 RPM 110 kW (147 HP)
Torque at 1 600 RPM 550 Nm
Fuel consumption – average/max 13,2 / 19,5 l/h
Mine clearance width 2,2 m
Mine clearance depth max 250 mm
Blast resistance 9 kg TNT
Operating RPM of the Flail unit 350 – 500
Working efficiency (max) 2 500 sq m/hour
Fuel tank capacity 140 liter
Maximum speed 9 km/h
Remote control – range/battery life 5 000 m/11 hrs

Mulai 2016, TNI AU Belanja Alutsista Baru dari Sukhoi sampai Beriev BE-200



Jumat, 20 November 2015


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengungkapkan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU akan dimulai pada tahun 2016 hingga 2019 mendatang.

Sejumlah alutsista yang akan dibeli ialah mulai dari pesawat F-16, Sukhoi-35, dan pesawat pemadam kebakaran Beriev BE-200.

"Pembelian alat-alat sistem persenjataan TNI AU yang lebih modern dibanding sekarang dimulai tahun depan hingga 2019," kata Agus seusai mengikuti upacara pelantikan lulusan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) 2015 di Lapangan Dirgantara Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jumat (20/11/2015).
Menurut dia, sejumlah pembelian pesawat yang sudah dianggarkan selama tiga tahun mendatang adalah F-16 dari Amerika Serikat atau Sukhoi-35 dari Rusia. Kedua jenis pesawat itu ditujukan untuk mengganti jenis pesawat F-5. 
Selain itu, TNI AU juga akan membeli helikopter angkut dan pesawat angkutan berat seperti Hercules.

Pesawat terbang multifungsi juga akan dibeli untuk digunakan dalam kegiatan SAR dan bencana, seperti Beriev BE-200, yang mampu membawa muatan hingga 15 ton untuk memadamkan kebakaran.
"Kami juga akan menambah pemasangan alat radar untuk menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada 2016-2019, banyak peralatan yang akan dibeli dengan kondisi baru dan lengkap," tutur jenderal bintang empat ini.
Menyinggung soal helikopter VVIP, Kepala Staf Angkatan Udara mengatakan, pembelian tiga unit helikopter atau pesawat Force One untuk kepresidenan atau tamu VVIP itu sesuai dengan rencana anggaran.
"Helikopter VVIP atau pesawat Force One harus baik, aman, dan nyaman. Sebab, Bapak Presiden dan Wakil Presiden merupakan lambang negara Indonesia," ujar dia.
Editor
: Sabrina Asril
Sumber

Ini misil penangkis serangan udara tercanggih yang perkuat TNI AU



Ramadhian Fadillah | Rabu, 11 November 2015



Oerlikon. ©2015 Merdeka.com
Merdeka.com - Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 473 menerima persenjataan baru yaitu senjata penangkis serangan udara Oerlikon Skyshield MK-2. Senjata canggih yang diproduksi Rheinmetall Air Defence Swiss tiba di Pontianak, Selasa (10/11) melalui Pelabuhan Laut Dwikora.

Menurut Dandenhanud 473 Paskhas Mayor Pas Anang Baskoro, senjata Oerlikon Skyshield MK2 merupakan senjata buatan Swiss dan diproduksi tahun 2014. Senjata ini diklaim sebagai misil tercanggih di dunia. Indonesia merupakan Negara pertama yang membeli langsung dari pabrik Rheinmetall Air Defence Swiss.

"Senjata Oerlikon yang akan ditempatkan di Denhanud 473 berjumlah dua satuan tembak. Setiap satuan tembak terdiri dari dua meriam kaliber 35 mm, satu sensor unit atau radar mobile dan satu command Post yang berfungsi sebagai pengendali tembakan dan satu pembantu radar secara visual," ungkap Mayor Anang.

Senjata penangkis serangan udara ini dapat bekerja efektif sejauh empat kilometer, dan mampu menghancurkan sasaran udara berupa pesawat jenis apapun, menghancurkan rudal, roket dan mortir yang datang menyerang.

"Selain itu senjata ini mampu mendeteksi benda apa pun yang berada di angkasa. Ketika obyek sasaran yang telah dilock, meriam akan menembakkan peluru dan peluru itu terus mengikut sasaran hingga sasaran hancur," jelasnya.