Minggu, 01 Maret 2015

Kapal Selam Indonesia Siap Diproduksi PT Pal



17 Feb 2014


Changbogo Class Submarine (photo: alutsista)

Jakarta – Komisi Bidang Pertahanan DPR-RI dan pemerintah sepakat tentang suntikan dana senilai US$ 250 juta atau Rp 2,5 triliun untuk memproduksi kapal selam di Surabaya- Jawa Timur. Dana tersebut akan diberikan kepada BUMN PT PAL, sebagai Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk membuat kapal selam kelas Changbogo asal Korea Selatan (Korsel).
Wakil Ketua Komisi I DPR-RI TB Hasanuddin menjelaskan, pembiayaan ini akan diberikan secara bertahap. Skema PMN untuk produksi kapal selam mulai dianggarkan pada APBN-Perubahan 2014.
“Komisi I DPR-RI dan pemerintah sepakat bahwa pemenuhan kebutuhan dana penyiapan infrastruktur untuk membangun kapal selam TNI yang ke-3 di PT PAL sebesar maksimal US$ 250 juta, akan dibiayai secara bertahap dengan skema PMN dan akan mulai dianggarkan pada APBN-P tahun anggaran 2014,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Pemerintah di Jakarta (17/2/2014)

Ia menjelaskan skema PMN rencananya akan dimulai pada April tahun ini, melalui kementerian BUMN.
“Selanjutnya pemerintah dengan leading sector-nya kementerian BUMN menyediakan bridging pendanaan selama skema PMN tersebut untuk memenuhi target implementasi yang dimulai pada April 2014,” katanya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan pembangunan infrastruktur kapal selam akan dilakukan oleh PT PAL yang bekerjasama dengan Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME).
“Kapal selam Indonesia ini akan dibuat tahap pertama 3 unit, 2 di Korea dan 1 di Indonesia, totalnya nanti akan ada 12 kapal yang dibuat,” kata Purnomo.


Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo: MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)

Dalam rapat dengar pendapat yang dipimpin oleh TB Hasanuddin diikuti oleh sekitar 20-an anggota DPR. Sementara untuk para Menteri yang hadir antara lain adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan, Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Panglima TNI Moeldoko.
Sebelumnya, satu dari tiga kapal selam kelas Changbogo yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan (Korsel) mulai diproduksi tahun ini di Korsel. Rencananya satu unit lagi kapal selam akan dibuat di Korsel dengan melibatkan BUMN PT PAL.
Sedangkan sisanya akan dibuat di Indonesia sebagai bagian dari program transfer of technology (ToT) untuk Indonesia di galangan PT PAL, Surabaya.
Seperti diketahui Kementerian Pertahanan pada akhir Desember 2011 lalu menandatangani kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME). Tiga kapal selam ini akan segera melengkapi armada tempur TNI Angkatan Laut. (detik.com).

Lampu Hijau Pembelian 10 Kapal Selam Rusia



20 Aug 2013


Kapal Selam Kilo Project 877 Rusia, milik India (Photo:globalsecurity.org)

Ketua Komisi Satu DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, tawaran 10 unit kapal selam dari Rusia kepada Indonesia, merupakan hal menarik dan perlu dikaji lebih lanjut. “Saya kira, tawaran dari Rusia, 10 kapal selam itu menarik untuk dikaji lebih mendalam dan ditindaklanjutinya,” ujar Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (19/8).
Menurut Mahfudz, jika nantinya disetujui, pengadaan kapal selam itu baru bisa direalisasikan pada pengadaan tahap kedua atau setelah 2014 mendatang. “Saat ini sudah ada keputusan untuk pengadaan tiga kapal selam dari Korea Selatan,” ujarnya.
Dalam proses perjalanannya, saat ini pengadaan tiga kapal selam dari Korsel berjalan lambat. Ini setelah pihak Jerman, pemilik teknologi kapal selam yang diproduksi Korsel yang akan dijual ke Indonesia , mempermasalahkannya. “Karena, Jerman mengaku menjual hak paten teknologi kapal selam yang dimaksud hanya ke Turki,” katanya.
Komisi I akan mendukung pengadaan kapal selam dari Rusia itu. Sebab, sesungguhnya sebelumnya sudah pernah dilakukan penjajakan pembelian kapal selam dari Rusia. Namun karena saat itu yang ditawarkan pihak Rusia adalah kapal selam dengan spesifikasi yang besar, sementara kebutuhan kapal selam RI saat ini untuk kelas dan ukuran yang sedang.
“Secara prinsip, Komisi I pasti akan dukung upaya penjajakan kerja sama dalam pengadaan kapal selam dari Rusia tersebut, sejauh syaratnya juga dipenuhi oleh Rusia yaitu ada proses transfer teknologi pada Indonesia. Sebagian pengerjaannya juga harus dilakukan di dalam negeri Indonesia,” jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
Menurut Mahfudz, tawaran Rusia sangat potensial ditindaklanjuti secara serius.
“Karena dalam pengadaan tiga kapal selam dari Korsel saat ini, realitanya berjalan lambat. Sementara kebutuhan akan kapal selam bagi Indonesia saat ini sangatlah besar. Sehingga sejauh spesifikasinya sesuai kebutuhan RI, harganya terjangkau, dan mau melakukan alih teknologi, DPR pasti akan mendukungnya,” tegasnya.
Sabtu (17/8), Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Pemerintah RI mendapat tawaran untuk dapat membeli sekitar 10 unit kapal selam dari Rusia. Jumlah ini di luar rencana pembelian tiga unit kapal selam dari Korea Selatan yang datang pada 2014.



Kapal Selam Amur 1650 Rusia (photo:ckb-rubin.ru)

Mahfudz Siddiq “Cool”
Melihat komentar Ketua Komisi 1 DPR di jurnalparlemen.com, membuat kita cukup surprise dan sedikit bingung. Tidak ada tanda-tanda keterkejutan dari Ketua Komisi 1 DPR yang membidangi masalah pertahanan ini. Tidak ada pula pertanyaan : “Mengapa tidak membeli kapal selam Scorpene Perancis atau negara lain ?. Apakah sudah dilakukan uji banding dengan kapal selam lain ?. Tidak ada pula pertanyaan, mengapa membeli 10 kapal selam ?, kenapa tidak mencoba 2 unit, jika bagus baru mengambil jumlah yang lebih banyak !.
Mahfudz Siddiq lebih memfokuskan pertanyaan tentang upaya mendapatkan transfer teknologi dan agar pengerjaan sebagian kapal dilakukan di Indonesia.
Mengapa ketua komisi 1 DPR sama sekali tidak terkejut dengan rencana pembeian kapal selam dalam jumlah besar dari Rusia ?. Hal berbeda terjadi saat Indonesia hendak membeli MBT Leopard-2 eks Jerman.  Sebagian anggota DPR menolak pembelian main battle tank, karena dianggap tidak cocok dengan geografis Indonesia. Ada pula yang mengusulkan untuk mengambil tank dari Perancis atau Rusia. Perdebatannya begitu panjang.
Bahkan Kavaleri harus membuat perbandingan titik berat/ titik pijak antara tracked MBT Leopard dengan 4 ban mobil Kijang, untuk menunjukkan kendaraan tempur tracked tersebut tidak akan amblas dan memiliki titik pijak yang lebih ringan dari mobil kijang. Namun ketika pemerintah menyatakan hendak membeli 10 kapal selam Rusia, situasi di DPR adem-ayem, seakan sudah familiar dengan kapal selam dari Rusia ini. (JKRR/Jurnalparlemen.com).

Selasa, 24 Februari 2015

Menhan ingin kekuatan militer Indonesia masuk 10 besar dunia



Laurel Benny Saron Silalahi| Kamis, 13 November 2014 13:02


Latgab TNI 2014. ©handout Dispen TNI AU

Merdeka.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bertemu dengan Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk memberikan pengarahan kepada Perwira tinggi TNI, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Dalam pertemuan itu, Ryamizard ingin kekuatan pertahanan Indonesia masuk ke dalam peringkat 10 besar dunia.

Mantan Kasad era Presiden
Megawati ini mengatakan, untuk memenuhi target memang memiliki banyak kendala. Salah satunya adalah bagaimana cara memperkuat sistem persenjataan dan alutsista yang ada pada saat ini.

"Kita lihat 5 Oktober (HUT TNI) lalu kita semua itu sudah membanggakan. Itu sudah baik, kemampuan laut, udara, darat juga sudah baik. Dengan kekuatan saat ini setidaknya, kita pertama kali ada target, minimal melewati 15 besar," kata Ryamizard, Kamis (13/11).

Menantu dari mantan wakil Presiden Tri Sutrisno ini memaparkan, kedepannya pemerintah Indonesia akan melakukan kerjasama dan transfer ilmu dengan negara lain untuk membangun alutsista.

"Misalnya saja pengadaan kapal selam. Kita pesan 3 unit, 2 unit dibuat di Korea Selatan, satu dibuat di Indonesia. Sehingga kita harap 2 tahun ke depan bisa buat sendiri," lanjut Ryamizard.

Selain sistem persenjataan, kendala lain menurut Menhan adalah dalam hal menjaga pertahanan negara. Ryamizard berharap, masyarakat Indonesia bisa bekerjasama dengan TNI untuk dapat menjaga ketahanan negara.

"Seluruh bangsa ini ikut harus ikut mempertahankan bangsa. Mengubah, memacu wawasan kebangsaan itu lebih sulit dari alutsista. Ada 2 hal, fisik dan non fisik. Fisik itu, melalui alutsista. Non fisik ini harus kita kembangkan, ini kita teruskan. Dalam 1-2 tahun ini saya yakin bisa meningkat pesat," tutup dia.

Perbandingan kekuatan TNI dan Israel


Yulistyo Pratomo | Kamis, 12 Februari 2015 09:03

 Anggota Kostrad wanita di Monas. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Situs Global Fire Power awal Februari 2015 melansir daftar termutakhir indeks kekuatan militer global. Dalam daftar tersebut, Indonesia melorot ke posisi 19 dunia, setelah sebelumnya sempat mencapai ranking 15 pada survei 2013.

Padahal, ketika itu posisi Indonesia dua tahun lalu persis di bawah kekuatan tempur Israel. Tak hanya itu, rencana TNI Angkatan Udara membeli jet tempur Sukhoi Su-35 tak masuk ke dalam hitungan.

Dalam rilis terbaru, disebutkan bahwa kekuatan militer Indonesia diarahkan terutama untuk menangkal terorisme di dalam dan luar negeri. Dari catatan merdeka.com, Indonesia disalip Jepang, Taiwan, Kanada, dan Polandia.

Secara kekuatan dan teknologi, Indonesia memang terpaut di bawah Israel tak lepas dari konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi dan defisit. Saat ini, Indonesia memproduksi minyak mentah 983 ribu barel pe rhari, tapi defisit konsumsi mencapai 1,3 juta barel. Cadangan minyak tinggal 4 miliar barel.

Bandingkan dengan Israel, negara ini memiliki cadangan minyak 11,5 juta barel. Tapi kandungan tersebut disimpan. Negara Zionis pilih mengimpor 170 ribu barel minyak per hari.

Lalu bagaimana perbandingan kekuatan TNI dan Israel saat ini:


Ahok jajal senjata TNI AD.

1.     Angkat Darat

 

Merdeka.com - Pasukan darat memiliki peran penting dalam sebuah pertempuran. Tugas mereka adalah melakukan penguasaan terhadap suatu wilayah dari tangan musuh. Ini kekuatan tempur darat antara Indonesia dan Israel.

Indonesia:
Militer aktif: 476.000 personel; Cadangan: 400.000 personel.

Tank: 374 unit;
Ranpur: 1.172 unit;
Self-propelled guns: 91 unit;
Artileri: 94 unit;
Peluncur roket: 84 unit.

Israel:
Militer aktif: 176.500 personel;
Cadangan: 445.000 personel.

Tank: 3.870 unit;
Ranpur: 9.436 unit;
Self-Propelled Guns: 706 unit;
Artileri: 350 unit;
Peluncur roket: 88 unit.

HUT TNI AU.

2.     Angkatan Udara

 

Merdeka.com - Dalam kemiliteran penguasaan udara tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika udara berhasil dikuasai, maka penguasaan suatu wilayah dapat lebih mudah dilaksanakan. Ini kekuatan udara antara Indonesia dan Israel.

Indonesia:
Jumlah pesawat: 381 unit.

Pesawat tempur/pencegat: 85 unit; Pesawat angkut: 162 unit;
Pesawat latih: 92 unit;
Helikopter: 149 unit;
Helikopter tempur: 5 unit.

Israel
Jumlah pesawat: 680 unit.

Pesawat tempur: 486 unit;
Pesawat angkut: 98 unit;
Pesawat latih: 245 unit;
Helikopter: 143 unit;
Helikopter tempur: 48 unit.



Kapal Selam TNI AL.

3.     Angkatan Laut

 

Merdeka.com - Di samping udara dan darat, kekuatan laut juga memiliki peran penting dalam menjaga kedaulatan suatu negara. Tak hanya itu, laut juga memiliki peran penting dalam melaksanakan invansi militer seperti yang terjadi ketika D-Day saat berlangsungnya Perang Dunia 2. Ini kekuatan antara Indonesia dan Israel.

Indonesia:
Jumlah kapal: 197 unit.

Frigat: 6 unit;
Korvet: 26 unit;
Kapal selam: 2 unit;
Patroli pantai: 84 unit;
Kapal ranjau: 12 unit.

Israel:
Jumlah kapal: 110 unit.

Frigat: 3 unit;
Perusak: 3unit;
Korvet: 5 unit;
Kapal selam: 14 unit;
Patroli pantai: 66 unit.