10 Juni 2012
Roket Rhan 122
Indonesia yang terdiri dari belasan
ribu pulau terpencar membutuhkan sistem pertahanan yang kuat dan strategis,
agar pulau-pulau itu tidak lepas ke tangan negara lain. Setelah dikaji secara
mendalam, disimpulkanlah bahwa roket merupakan senjata yang tepat untuk menjaga
setiap tapal batas negara Indonesia.
Kajian ini sudah dilakukan sejak
enam tahun yang lalu, dan kini, target Indonesia adalah memiliki sedikitnya
1000 peluru kendali darat ke darat dengan jangkauan di atas 100 Km pada tahun
2014.
Arah ke target tersebut dimulai
dengan munculnya Roket Pertahanan atau Rhan 112. Roket berkaliber 122 mm ini
memiliki jangkauan 15-20 kilometer dengan kecepatan 1,8 Mach. Untuk menembak
sasaran sejauh itu, Rhan hanya membutuhkan waktu 63 detik.
Saat ini TNI sedang mengembangkan
dua model peluncur roket Rhan, yakni jip berbobot 2,5 ton serta truk
berkapasitas 5 ton. Unit peluncur kendaraan 5 ton mampu memuat 16 roket dan
bisa meluncur secara otomatis dengan menekan satu tombol.
TNI dan LAPAN telah mengujicoba 50
roket R-Han di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Kabupaten Ogan Komering
Ulu, Sumatera Selatan.
Roket Rhan
Roket Rhan merupakan roket balistik tanpa kendali yang dilepaskan dari kendaraan peluncur memiliki berat 5 ton.
Ia memiliki sirip melipat ke samping dengan panjang propelan 1.000 mm. Hulu ledaknya memiliki tipe tajam, asap, dan inert.
Roket R-Han 122 merupakam
pengembangan dari roket LAPAN RX 1210. Dibandingkan roket generasi lama, R-Han
122 mengalami pengembangan desain dan material. Jika RX 1210 menggunakan baja,
roket R-Han menggunakan aluminium dan karbon, sehingga dua kali lebih ringan
dan sekaligus tahan panas. Untuk menjaga kestabilan dan daya jangkau yang
tinggi, material roket harus tahan terhadap suhu 3.000 derajat celsius.
Roket Rhan memiliki sirip lipat yang
tegak secara otomatis setelah keluar dari tabung peluncur. Hulu ledak (warhead)
roket bisa dipisahkan dari tabung propelan dan dipasang jika dibutuhkan. Saat
ini Roket R-Han 122 mm telah dioperasionalkan oleh Arteri Medan AD dan Arteri
Medan Marinir AL.
Untuk mengejar target yang dipatok pada tahun 2014, dibentuklah konsorsium yang
terdiri dari Kementerian Ristek, Kementerian Pertahanan, TNI AL, BPPT, LAPAN,
perguruan tinggi (ITB, ITS, UI, UGM, dan Undip), serta industri strategis PT
DI, Krakatau Steel, LEN Industri, Pindad, dan PT Dahana.
Konsorsium inti terdiri atas
beberapa plasma yang menangani riset material, mekatronika, dan sistem kontrol
atau kendali. Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendukung
alat pemantau dan penentu posisi roket. ITB berperan dalam penyediaan sistem
kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gambar di lokasi target atau
sasaran.
Kementerian Ristek menyediakan dana
insentif untuk pembuatan prototipe roket. PT DI mengembangan struktur dan
desain roket. PT Krakatau Steel menyediakan material tabung dan struktur roket.
PT Pindad mengembangkan peluncur roket (launcher) dan PT Dahana menyediakan
propelan.
PT DI membangun sarana peluncur
roket dan sistem penembaknya dengan laras sebanyak 16. Kendaraan yang digunakan
sebagai anjungan peluncuran adalah jip GAZ buatan Rusia, Nissan Jepang, atau Perkasa
buatan Tata, India.
Propelan Berkualitas
Salah satu cara untuk mendapatkan jangkauan tembakan roket yang lebih jauh, dibutuhkan propelan yang berkualitas. Saat ini bahan baku tersebut masih impor. Untuk itu dibuatlah pabrik pembuat bahan peledak amonium nitrat terbesar di Indonesia dan Asia. Pabrik Amonium Nitrat tersebut milik PT Kaltim Nitrate Indonesia (PT. KNI) di Bontang, Kalimantan Timur.
Salah satu cara untuk mendapatkan jangkauan tembakan roket yang lebih jauh, dibutuhkan propelan yang berkualitas. Saat ini bahan baku tersebut masih impor. Untuk itu dibuatlah pabrik pembuat bahan peledak amonium nitrat terbesar di Indonesia dan Asia. Pabrik Amonium Nitrat tersebut milik PT Kaltim Nitrate Indonesia (PT. KNI) di Bontang, Kalimantan Timur.
Pabrik baru yang diproyeksikan
menghasilkan Amonium Nitrat Prilled sebesar 300.000 Ton/Tahun ini difokuskan untuk
menunjang kebutuhan pasar dalam negeri Indonesia yang diprediksikan akan
mencapai 700.000 Ton/tahun pada tahun 2012.
“Dengan kehadiran pabrik amonium
nitrat milik PT KNI merupakan suatu peluang, sekaligus merupakan tantangan
terhadap proses simbiosis mutualisme antara defence supporting economy pada
kondisi-kondisi dalam arah pembangunan”, ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie
jamsoeddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar