Minggu, 01 Maret 2015

RI rajin beli alutsista AS, Dubes Blake janji alih teknologi



Marcheilla Ariesta Putri Hanggoro | Jumat, 7 November 2014


Dubes AS Robert Blake (tengah) di Pameran Alutsista IndoDefense. ©2014 Merdeka.com/Marcheilla A.P Hanggoro
Merdeka.com - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake menyatakan beberapa tahun terakhir setelah embargo dicabut, pemerintah semakin rajin membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negaranya. Oleh sebab itu, dia mengupayakan agar setiap transaksi pembelian senjata dari AS diimbangi dengan alih teknologi kepada insinyur asal Tanah Air.
Hal itu disampaikannya saat menyambangi Pameran Alutsista IndoDefense di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/11).
Menurut Dubes Blake, semakin banyak perusahaan-perusahaan militer AS sangat ingin bekerja sama dengan Indonesia. Apalagi ada kabar anggaran dana pertahanan di Tanah Air akan di tingkatkan.
"Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat sangat tertarik dengan peluang yang ada disini. Menteri pertahanan tadi mengatakan pada saya anggaran pertahanan akan ditingkatkan 1,5 persen dari APBN secara keseluruhan," urai Blake setelah berkeliling area pameran.
Pada IndoDefense tahun ini, 19 perusahaan alutsista Amerika ikut serta. Mereka menghadirkan bermacam alat tempur mulai dari tank, helikopter, pesawat tempur, kapal tempur dan juga senapan laras panjang.
Dubes Blake secara khusus mempromosikan alutsista unggulan Negeri Paman Sam, seperti Helikopter tempur Apache, jettempur F-16, atau FA-18 EF Super Hornet.
Bila pemerintah tertarik membeli alutsista negaranya, dia menyampaikan pada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bahwa Washington akan mengupayakan setiap perusahaan melakukan alih teknologi.
"Saya juga menjelaskan tadi (pada menhan) banyak sekali proses lokalisasi yang akan dilakukan. Seperti barusan saya melihat penandatanganan Honeywell dengan PT Dirgantara Indonesia, di mana PTDI akan lebih memperluas lokalisasi industri yang akan dilakukan di Indonesia," tutur Blake di Hall A JI Expo, Kemayoran.
Indonesia tahun ini ingin kembali membeli helikoper dari AS. Maret lalu, TNI Angkatan Darat meminta beberapa unit Black Hawk dan Chinook agar masuk pagu anggaran Kementerian Pertahanan.
Sedangkan transaksi yang sudah deal dengan negara adi daya itu adalah pembelian delapan unit helikopter serang AH-64D Apache. Nilai pembelian alutsista udara itu mencapai Rp 3,1 triliun dan rencananya seluruh unit tiba di Indonesia pada 2017.

Kapal Selam Indonesia Siap Diproduksi PT Pal



17 Feb 2014


Changbogo Class Submarine (photo: alutsista)

Jakarta – Komisi Bidang Pertahanan DPR-RI dan pemerintah sepakat tentang suntikan dana senilai US$ 250 juta atau Rp 2,5 triliun untuk memproduksi kapal selam di Surabaya- Jawa Timur. Dana tersebut akan diberikan kepada BUMN PT PAL, sebagai Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk membuat kapal selam kelas Changbogo asal Korea Selatan (Korsel).
Wakil Ketua Komisi I DPR-RI TB Hasanuddin menjelaskan, pembiayaan ini akan diberikan secara bertahap. Skema PMN untuk produksi kapal selam mulai dianggarkan pada APBN-Perubahan 2014.
“Komisi I DPR-RI dan pemerintah sepakat bahwa pemenuhan kebutuhan dana penyiapan infrastruktur untuk membangun kapal selam TNI yang ke-3 di PT PAL sebesar maksimal US$ 250 juta, akan dibiayai secara bertahap dengan skema PMN dan akan mulai dianggarkan pada APBN-P tahun anggaran 2014,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Pemerintah di Jakarta (17/2/2014)

Ia menjelaskan skema PMN rencananya akan dimulai pada April tahun ini, melalui kementerian BUMN.
“Selanjutnya pemerintah dengan leading sector-nya kementerian BUMN menyediakan bridging pendanaan selama skema PMN tersebut untuk memenuhi target implementasi yang dimulai pada April 2014,” katanya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan pembangunan infrastruktur kapal selam akan dilakukan oleh PT PAL yang bekerjasama dengan Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME).
“Kapal selam Indonesia ini akan dibuat tahap pertama 3 unit, 2 di Korea dan 1 di Indonesia, totalnya nanti akan ada 12 kapal yang dibuat,” kata Purnomo.


Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo: MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)

Dalam rapat dengar pendapat yang dipimpin oleh TB Hasanuddin diikuti oleh sekitar 20-an anggota DPR. Sementara untuk para Menteri yang hadir antara lain adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan, Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Panglima TNI Moeldoko.
Sebelumnya, satu dari tiga kapal selam kelas Changbogo yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan (Korsel) mulai diproduksi tahun ini di Korsel. Rencananya satu unit lagi kapal selam akan dibuat di Korsel dengan melibatkan BUMN PT PAL.
Sedangkan sisanya akan dibuat di Indonesia sebagai bagian dari program transfer of technology (ToT) untuk Indonesia di galangan PT PAL, Surabaya.
Seperti diketahui Kementerian Pertahanan pada akhir Desember 2011 lalu menandatangani kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME). Tiga kapal selam ini akan segera melengkapi armada tempur TNI Angkatan Laut. (detik.com).

Lampu Hijau Pembelian 10 Kapal Selam Rusia



20 Aug 2013


Kapal Selam Kilo Project 877 Rusia, milik India (Photo:globalsecurity.org)

Ketua Komisi Satu DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, tawaran 10 unit kapal selam dari Rusia kepada Indonesia, merupakan hal menarik dan perlu dikaji lebih lanjut. “Saya kira, tawaran dari Rusia, 10 kapal selam itu menarik untuk dikaji lebih mendalam dan ditindaklanjutinya,” ujar Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (19/8).
Menurut Mahfudz, jika nantinya disetujui, pengadaan kapal selam itu baru bisa direalisasikan pada pengadaan tahap kedua atau setelah 2014 mendatang. “Saat ini sudah ada keputusan untuk pengadaan tiga kapal selam dari Korea Selatan,” ujarnya.
Dalam proses perjalanannya, saat ini pengadaan tiga kapal selam dari Korsel berjalan lambat. Ini setelah pihak Jerman, pemilik teknologi kapal selam yang diproduksi Korsel yang akan dijual ke Indonesia , mempermasalahkannya. “Karena, Jerman mengaku menjual hak paten teknologi kapal selam yang dimaksud hanya ke Turki,” katanya.
Komisi I akan mendukung pengadaan kapal selam dari Rusia itu. Sebab, sesungguhnya sebelumnya sudah pernah dilakukan penjajakan pembelian kapal selam dari Rusia. Namun karena saat itu yang ditawarkan pihak Rusia adalah kapal selam dengan spesifikasi yang besar, sementara kebutuhan kapal selam RI saat ini untuk kelas dan ukuran yang sedang.
“Secara prinsip, Komisi I pasti akan dukung upaya penjajakan kerja sama dalam pengadaan kapal selam dari Rusia tersebut, sejauh syaratnya juga dipenuhi oleh Rusia yaitu ada proses transfer teknologi pada Indonesia. Sebagian pengerjaannya juga harus dilakukan di dalam negeri Indonesia,” jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
Menurut Mahfudz, tawaran Rusia sangat potensial ditindaklanjuti secara serius.
“Karena dalam pengadaan tiga kapal selam dari Korsel saat ini, realitanya berjalan lambat. Sementara kebutuhan akan kapal selam bagi Indonesia saat ini sangatlah besar. Sehingga sejauh spesifikasinya sesuai kebutuhan RI, harganya terjangkau, dan mau melakukan alih teknologi, DPR pasti akan mendukungnya,” tegasnya.
Sabtu (17/8), Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Pemerintah RI mendapat tawaran untuk dapat membeli sekitar 10 unit kapal selam dari Rusia. Jumlah ini di luar rencana pembelian tiga unit kapal selam dari Korea Selatan yang datang pada 2014.



Kapal Selam Amur 1650 Rusia (photo:ckb-rubin.ru)

Mahfudz Siddiq “Cool”
Melihat komentar Ketua Komisi 1 DPR di jurnalparlemen.com, membuat kita cukup surprise dan sedikit bingung. Tidak ada tanda-tanda keterkejutan dari Ketua Komisi 1 DPR yang membidangi masalah pertahanan ini. Tidak ada pula pertanyaan : “Mengapa tidak membeli kapal selam Scorpene Perancis atau negara lain ?. Apakah sudah dilakukan uji banding dengan kapal selam lain ?. Tidak ada pula pertanyaan, mengapa membeli 10 kapal selam ?, kenapa tidak mencoba 2 unit, jika bagus baru mengambil jumlah yang lebih banyak !.
Mahfudz Siddiq lebih memfokuskan pertanyaan tentang upaya mendapatkan transfer teknologi dan agar pengerjaan sebagian kapal dilakukan di Indonesia.
Mengapa ketua komisi 1 DPR sama sekali tidak terkejut dengan rencana pembeian kapal selam dalam jumlah besar dari Rusia ?. Hal berbeda terjadi saat Indonesia hendak membeli MBT Leopard-2 eks Jerman.  Sebagian anggota DPR menolak pembelian main battle tank, karena dianggap tidak cocok dengan geografis Indonesia. Ada pula yang mengusulkan untuk mengambil tank dari Perancis atau Rusia. Perdebatannya begitu panjang.
Bahkan Kavaleri harus membuat perbandingan titik berat/ titik pijak antara tracked MBT Leopard dengan 4 ban mobil Kijang, untuk menunjukkan kendaraan tempur tracked tersebut tidak akan amblas dan memiliki titik pijak yang lebih ringan dari mobil kijang. Namun ketika pemerintah menyatakan hendak membeli 10 kapal selam Rusia, situasi di DPR adem-ayem, seakan sudah familiar dengan kapal selam dari Rusia ini. (JKRR/Jurnalparlemen.com).

Selasa, 24 Februari 2015

Menhan ingin kekuatan militer Indonesia masuk 10 besar dunia



Laurel Benny Saron Silalahi| Kamis, 13 November 2014 13:02


Latgab TNI 2014. ©handout Dispen TNI AU

Merdeka.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bertemu dengan Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk memberikan pengarahan kepada Perwira tinggi TNI, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Dalam pertemuan itu, Ryamizard ingin kekuatan pertahanan Indonesia masuk ke dalam peringkat 10 besar dunia.

Mantan Kasad era Presiden
Megawati ini mengatakan, untuk memenuhi target memang memiliki banyak kendala. Salah satunya adalah bagaimana cara memperkuat sistem persenjataan dan alutsista yang ada pada saat ini.

"Kita lihat 5 Oktober (HUT TNI) lalu kita semua itu sudah membanggakan. Itu sudah baik, kemampuan laut, udara, darat juga sudah baik. Dengan kekuatan saat ini setidaknya, kita pertama kali ada target, minimal melewati 15 besar," kata Ryamizard, Kamis (13/11).

Menantu dari mantan wakil Presiden Tri Sutrisno ini memaparkan, kedepannya pemerintah Indonesia akan melakukan kerjasama dan transfer ilmu dengan negara lain untuk membangun alutsista.

"Misalnya saja pengadaan kapal selam. Kita pesan 3 unit, 2 unit dibuat di Korea Selatan, satu dibuat di Indonesia. Sehingga kita harap 2 tahun ke depan bisa buat sendiri," lanjut Ryamizard.

Selain sistem persenjataan, kendala lain menurut Menhan adalah dalam hal menjaga pertahanan negara. Ryamizard berharap, masyarakat Indonesia bisa bekerjasama dengan TNI untuk dapat menjaga ketahanan negara.

"Seluruh bangsa ini ikut harus ikut mempertahankan bangsa. Mengubah, memacu wawasan kebangsaan itu lebih sulit dari alutsista. Ada 2 hal, fisik dan non fisik. Fisik itu, melalui alutsista. Non fisik ini harus kita kembangkan, ini kita teruskan. Dalam 1-2 tahun ini saya yakin bisa meningkat pesat," tutup dia.