Gara-gara hamparan ladang ranjau, tak hanya gerak laju unit infanteri yang bakal terhambat, tapi elemen kavaleri pun harus berpikir dua kali untuk melintasi area yang diduga ditanami ranjau darat. Maklum yang jadi horror tak hanya ranjau anti personel, tapi juga ranjau anti tank. Menghadapi tebaran dan ancaman ranjau, di lingkup TNI AD umumnya dipasrahkan pada satuan zeni tempur (Zipur).
Dengan metode netralsir ranjau yang masih konvensional, jelas ada potensi korban tewas dan cedera dari pihak tim penjinak. Nah, berangkat dari kasus diatas, hadirnya perangkat mine clearing system jadi mutlak dihadirkan. Medan konflik di Sudan, Afghanistan, Ethiopia, dan Sri Lanka, menjadi ajak pembuktian betapa perlunya mine clearing system, tak hanya untuk misi militer, solusi ini besar perannya untuk keselamatan warga sipil di area bekas konflik.
Zipur TNI AD pun tak ketinggalan update alutsista, sejak tahun 2013 telah didatangkan robot penghancur ranjau Bozena 4, buatan Way Industry, Slovakia. Dari segi tampilan, robot berpenggerak 4×4 ini mirip perpaduan forklift dan mesin pembajak sawah. Cara kerjanya, Bozena 4 dioperasikan secara remote oleh seorang personel. Jarak jangkau kendalinya maksimal 5 km untuk medan datar, sementara di medan hutan dan pegunungan jangkauan kendali sekitar 2 km. Dengan kendali remote, Bozena 4 sanggup beroperasi selama 11 jam.
Untuk menetralisir ranjau, dilakukan secara manual dengan memanfaatkan tenaga dari ‘pukulan’ rantai baja pada flail unit. Flail unit berbentuk bulatan datar yang tergantung pada rantai baja terletak dibagian depan, mirip dengan alat bajak sawah modern. Flail unit akan memutar rantai dengan iraman tertentu guna memicu reaksi ranjau. Biasanya ranjau darat ditanam di kedalaman 25 – 30 centimeter. Karena jenis ranjau yang berbeda, ketinggian dan kecepatah putaran flail unit juga dapat disesuaikan, mulai dari 350 – 500 RPM. Flail unit punya lebar 2,2 meter dan sanggup menetralkan ranjau berhulu ledak TNT seberat 9 kg. Bozena 4 memiliki efisiensi kerja maksimum 2,500m² / jam berdasarkan jenis kondisi tanah dan medan.
Bozena 4 ditenagai mesin diesel turbocharged Deutz BF 6L914 110 kW (147 HP). Kapasitas bahan bakar 140 liter dan Bozena mampu bergerak dengan kecepatan maksimum 9 km per jam.
Konsumsi bahan bakarnya mencapai 13,2 – 19,5 liter untuk operasi per jam.Bozena 4 dengan bobot total 6,9 ton ini juga dilengkapi lapisan pelindung baja guna memproteksi beberapa perangkat vitalnya. Untuk saat ini, TNI AD mengoperasikan dua unit Bozena 4, masing-masing ditempatkan di Yon Zipur 9 di Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat, dan satu lagi di Yon Zipur 10 di Pasuruan, Jawa Timur. Bozena 4 Yon Zipur 9 telah digunakan dalam ajang Latihan Tempur TNI AD di Martapura, Sumatera Selatan pada bulan Juni 2015.
Hingga tulisan ini dibuat, Populasi Bozena 4 mencapai 80 unit di seluruh dunia dan telah malang melintang berlaga di Afghanistan, Sudan, Sri Lanka, Nigeria, Ethiopia, dan perbatasan Turki – Suriah. (Haryo Adjie)
Spesifikasi Bozena 4
Length total 5 280 mm
Length of Prime mover 3305 mm
Length of Flail unit 2000 mm
Width of Prime mover with tracks 1985 mm
Width of Flail unit 2840 mm
Height of Prime mover 2270 mm
Weight total 6983 kg
Weight of Prime mover 5576 kg
Weight of Flail unit 1407 kg
Engine Deutz BF 6L914, turbo
Rated power at 2 500 RPM 110 kW (147 HP)
Torque at 1 600 RPM 550 Nm
Fuel consumption – average/max 13,2 / 19,5 l/h
Mine clearance width 2,2 m
Mine clearance depth max 250 mm
Blast resistance 9 kg TNT
Operating RPM of the Flail unit 350 – 500
Working efficiency (max) 2 500 sq m/hour
Fuel tank capacity 140 liter
Maximum speed 9 km/h
Remote control – range/battery life 5 000 m/11 hrs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar