1. SAAB, Swedia
Merdeka.com - Perusahaan avionik asal Swedia ini paling getol mempromosikan jet tempur buatannya. Khusus untuk Indonesia, mereka menawarkan pesawat bermesin tunggal multiperan, JAS 39 Gripen buat dipakai TNI Angkatan Udara.
Agar dilirik, mereka tak segan mengundang sejumlah wartawan Indonesia untuk datang dan melihat langsung produk andalannya dari dekat. Sedikitnya, ada lima media yang diundang ke markas mereka di Stockholm, Swedia pada 11 Maret lalu.
Wakil Presiden Saab, Peter Carlqvist mengaku sudah mengetahui keinginan TNI Angkatan Udara yang lebih melirik Su-35. Namun, mereka tetap yakin bisa membuat Indonesia mengalihkan perhatian ke JAS 39 Gripen.
Demi memuaskan TNI Angkatan Udara selaku user, SAAB menawarkan sejumlah garansi kepada Indonesia jika membeli jet tempur buatannya. Paket itu diberi nama 'paket kekuatan udara lengkap'.
"Berlawanan dengan apa yang ditawarkan Sukhoi, kami menawarkan paket kekuatan udara lengkap, tidak hanya pesawat. Sukhoi hanya menawarkan pesawat," kata Carlqvist.
Paket terbaru yang ditawarkan Saab ini meliputi jet tempur JAS39 Gripen, sistem peringatan dini dan kendali udara (AEW&C) Erieye, sistem tautan data taktis (tactical data link) yang bisa diintegrasikan dengan aset tempur matra lain, ditambah pusat perawatan pesawat dan pusat operasi penerbangan taktis (operation tactical flight center) untuk para pilot.
2. Dassault Aviation, Prancis
Merdeka.com - Berbeda dengan SAAB yang memilih mengundang wartawan ke markasnya, Dassault Aviation justru memilih mendatangkan langsung pesawat andalannya di hadapan TNI Angkatan Udara. Kedua pesawat yang dibawa itu adalah milik Angkatan Udara Prancis (Arme de l'Air).
Pesawat jenis Squall ini diberi nama Dassault Rafale merupakan generasi ke-4,5. Kedua pesawat tersebut tiba di Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 23 Maret lalu. Tak hanya itu, mereka juga membawa satu pesawat A-400.
Dua pesawat ini langsung dibawa ke Indonesia setelah mengikuti pameran dirgantara dua tahunan di Malaysia. Tak hanya pamer, mereka juga mempersilakan pilot-pilot TNI Angkatan udara untuk mencobanya sendiri.
"Kesan saya sebagai penerbang F5, setelah saya coba terbangkan Rafale, saya bandingkan dengan F5 jauh sekali lompatan teknologinya. Pesawat F5 kan rakitan tahun 80-an sementara Rafale ini generasi ke-4. Kalau F5 banyak analog Rafale ini digital, radarnya juga jauh lebih canggih," kata Mayor Penerbang Abdul Haris dari Skuadron Udara 14 wing 3 Lanud Iswahyudi, di Lanud Halim, Rabu (25/3).
Senda dengan Abdul, pilot pesawat tempur lainnya Mayor Agus Dwi Aryanto dari Skuadron udara 3 wing 3 Lanud Iswahyudi, mengagumi kecanggihan pesawat Rafale. Agus yang biasa menerbangkan pesawat F16 buatan Amerika mengaku performance Rafale sudah sebanding dengan pesawat buatan AS itu.
"Saya rasa ini generasinya selevel (dengan F16), secara performance mirip, memang ada keunggulan dan kelebihan masing-masing. Kalau mau dibandingkan dengan F16 performance sama," kata Agus.
3.Eurofighter, Inggris
Eurofighter Typhoon.
Merdeka.com - Sama seperti dua perusahaan sebelumnya, perusahaan Eurofighter asal Inggris juga tak mau setengah-setengah menawarkan produknya kepada Indonesia. Bahkan, mereka mengerahkan empat duta besar dari Jerman, Inggris, Spanyol dan Italia dengan mendatangi langsung dan berusaha melobi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Seperti yang dikutip dari siaran pers Eurofighter, Selasa (11/8/2015), keempat Duta Besar tersebut menyerahkan sepucuk surat formal berupa dukungan terhadap Eurofighter. Surat ini ditandatangani langsung oleh masing-masing Menteri Luar Negeri maupun Menteri Pertahanan di keempat negara yang mereka wakili.
Dalam surat dukungan itu menulis segala informasi terkait teknologi yang dipergunakan oleh Eurofighter. Tak hanya itu, perusahaan penerbangan juga berjanji akan memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan pemerintah Indonesia, yakni Transfer Teknologi alias ToT.
Untuk memenuhi syarat tersebut, Eurofighter berjanji akan memindahkan pabrik mereka dari Inggris ke Bandung, sekaligus membuat perjanjian kerja sama jangka panjang dengan PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Group.
"Ini adalah kombinasi operasional yang unik dan kapabilitas industri yang bisa memberikan pertumbuhan strategis terhadap sektor udara Indonesia," tulis siaran pers tersebut.
4. Lockheed Martin, Amerika Serikat
Merdeka.com - Akhir bulan lalu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan Indonesia akan membeli jet tempur Su-35 dari Rusia. Pengumuman tersebut sekaligus menutup rapat-rapat kerja keras yang dilakukan tiga produsen asal Eropa.
Tapi tidak bagi Amerika Serikat. Melalui perusahaan Lockheed Martin, mereka tetap mencoba mencari celah agar Indonesia berpaling dari Su-35 dan membeli varian F-16 terbaru, yakni F-16 Viper.
Hal itu mereka lakukan dengan mendatangkan langsung simulator F-16 Viper tersebut ke Indonesia. Bahkan, perusahaan ini juga mengundang seluruh jurnalis Indonesia untuk mencobanya sendiri.
Dalam sebuah jumpa pers, Duta Besar AS, Robert O Blake mengungkapkan keyakinan tersebut. Bahkan, dia menyebut varian ini bisa memenuhi program Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai kawasan maritim.
"Indonesia sudah punya tradisi panjang terbangkan F-16. Dan Viper adalah mode; terbaru yang ditawarkan Amerika Serikat kepada Indonesia," ujar Blake di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (7/10) kemarin.
Demi menuntaskan misinya, perusahaan ini rela mengurangi harganya agar lebih murah dari penawaran yang diberikan Sukhoi selaku produsen Su-35. Mereka juga menjamin ketersediaan suku cadang serta perawatan yang ramah kepada TNI Angkatan Udara selaku user.
"Sekarang mereka (Kemenhan) masih menimbang-nimbang Sukhoi, kami rasa mereka juga mempertimbangkan pesawat kami," ucap Direktur Bisnis Internasional Lockheed Martin, Robie Notestine dengan penuh keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar