24 November 2014
Tank leopard milik TNI
KOMPAS.com – RABU (19/11) petang di Markas Komando
Batalyon Kavaleri 8/2 Narasinga Wiratama di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Beberapa tentara batalyon di bawah Komando
Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat itu menyalakan mesin tank Leopard, salah
satu tank andalan TNI AD.
Mesin 20 tank Leopard yang berderet di garasi
Markas Komando Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/2 itu lalu menderu bersama. Dua
tank digerakkan keluar garasi.
”Jarang ada kesempatan tank Leopard keluar
garasi. Jadi, ini peristiwa langka,” kata Komandan Yonkav 8/2 Narasinga
Wiratama Mayor (Kav) Valian Wicaksono Mahdi.
Sosok dua tank berwarna variasi
hitam-hijau-coklat itu sontak mendominasi pelataran di muka garasi. Setelah
beberapa menit mesin dipanaskan, tank Leopard berjalan mengitari markas, keluar
dari kawasan garasi.
Jalannya tank Leopard sore itu terlihat berat,
namun mantap. Maklum, berat kosong tank buatan Jerman tersebut mencapai 52 ton
dengan kapasitas mesin 47.600 cc.
Namun, ternyata kecepatan maksimal tank Leopard,
seperti dikatakan Valian, bisa mencapai 68 kilometer per jam. Adapun saat
mundur, tank bisa melaju hingga 31 kilometer per jam. Jadi, Leopard yang
berjalan pelan Rabu sore itu lebih karena tank ketika itu hanya untuk parade di
tengah press tour wartawan Kementerian Pertahanan.
Perjalanan singkat tank Leopard, primadona baru
persenjataan TNI, yang hanya sekitar 30 menit disambut hangat warga markas
Yonkav.
Beberapa anak yang baru saja selesai mengaji sore
itu di masjid Yonkav berteriak-teriak gembira sembari melambaikan tangan.
Anak-anak itu bahkan berlari mengikuti tank yang belum pernah dilihatnya.
Sebagian anak yang naik sepeda juga mengayuh sepedanya mengiringi tank hingga
kembali lagi masuk garasi.
Dongkrak kualitas
Valian mengatakan, pembelian tank Leopard yang
nantinya sebanyak 41 unit mendongkrak standar persenjataan Republik Indonesia.
”Awalnya Indonesia hanya punya tank Scorpion yang
tergolong tank ringan. Itu tank terbaik kita waktu itu. Setelah ada tank
Leopard, artinya kita sudah punya tank berat atau heavy tank,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, tank Scorpion hanya bisa
menembak musuh dalam jarak 2 kilometer. Akibatnya, bisa jadi sebelum mendekati
musuh dalam rentang jarak tersebut, Scorpion sudah bisa ditaklukkan tank musuh
yang lebih canggih. Sementara tank Leopard bisa menembak musuh dalam jarak 4
kilometer.
”Gerakan tank Leopard juga ditunjang stabilizer
sehingga bisa menembak sembari berjalan. Selain itu, kualitas pelindung lapis
baja dan aplikasi pelindung lain juga lebih baik daripada jenis tank lain,”
tambah Valian.
Lebih ringan
Yang juga menarik, tekanan jejak tank Leopard
jika melintas di jalan raya lebih ringan ketimbang truk tronton. Dari
penelitian tim Institut Teknologi Bandung, yang
dikutip Valian, berat Leopard di jalan raya berkisar 8.908,0
newton per meter persegi. Adapun berat truk tronton di jalan raya
mencapai lima kali lipatnya, yakni 44.285,71 newton per meter persegi.
Lebih ringannya tank Leopard di jalan raya
dipengaruhi tekanan jejak yang merata karena model roda tank yang berlapis
karet. Sementara truk tronton lebih berat karena terfokus di beberapa titik,
dalam hal ini titik-titik ban truk berada.
Kepala Bidang Pemberitaan Kementerian Pertahanan
Kolonel (Kal) Anton Santosa menambahkan, ”Ketika Indonesia hanya punya tank
ringan seperti Scorpion, kita tidak diperhitungkan, bahkan di ASEAN.”
Maklum, ketika itu, negara-negara ASEAN lain
sudah punya tank berat. Malaysia,
misalnya, sudah punya tank PT-91 produk Polandia. Sementara Vietnam dan Myanmar memiliki armada tank berat buatan Rusia.
misalnya, sudah punya tank PT-91 produk Polandia. Sementara Vietnam dan Myanmar memiliki armada tank berat buatan Rusia.
”Waktu itu, sebelum kita punya Leopard, Indonesia
hanya sejajar dengan Timor Leste dan Filipina,” kata Anton. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar