Yulistyo Pratomo
| Rabu, 11 Februari 2015 08:08
Sukhoi su-35. ©wallpho.com
Merdeka.com - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berencana
membeli pesawat untuk menggantikan F-5 Tiger yang mulai uzur. Sebagai gantinya,
Indonesia mengincar F-16 Block 52+ Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, dan
Swedish JAS 39 Gripen fighters. Tak ketinggalan, Sukhoi Su-35 masuk daftar
belanja yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Meski belum memastikan pembelian tersebut, namun pemerintah Rusia ternyata menyambut baik rencana pembelian tersebut. Bahkan berharap besar agar pesawat andalan negeri tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan TNI AU dalam mengamankan wilayahnya dari serangan musuh.
Hubungan antara Indonesia dan Rusia sebenarnya sudah terjalin dengan baik, bahkan sejak masa Presiden Soekarno. Berkat ikatan persahabatan yang cukup erat, Indonesia sempat menjadi macan Asia berkat teknologi canggih yang dimilik TNI AU.
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda, Indonesia mendapatkan hibah pesawat pembom modern dari Rusia. Pesawat ini merupakan satu-satunya yang dimiliki sebuah negara di kawasan Asia Tenggara saat itu.
Namun, kudeta terhadap pemerintah yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat hubungan Indonesia dan Uni Soviet memburuk. Bahkan, Presiden Soeharto saat itu lebih memilih produk barat, sedangkan pesawat canggih asal Rusia tidak lagi dipakai hingga benar-benar dipensiunkan dari tugasnya.
Kini, Indonesia telah menjajaki pembelian alutsista baru setelah sempat diembargo pemerintah AS sejak 1998 lalu. Hasilnya, Indonesia kini memiliki 2 jenis jet tempur yang menjadi andalan dalam mengamankan wilayah udaranya dari pesawat-pesawat asing yang masuk secara ilegal.
Seperti apa kekuatan jet tempur canggih yang pernah dibeli TNI AU dari Rusia? Berikut rangkumannya:
Meski belum memastikan pembelian tersebut, namun pemerintah Rusia ternyata menyambut baik rencana pembelian tersebut. Bahkan berharap besar agar pesawat andalan negeri tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan TNI AU dalam mengamankan wilayahnya dari serangan musuh.
Hubungan antara Indonesia dan Rusia sebenarnya sudah terjalin dengan baik, bahkan sejak masa Presiden Soekarno. Berkat ikatan persahabatan yang cukup erat, Indonesia sempat menjadi macan Asia berkat teknologi canggih yang dimilik TNI AU.
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda, Indonesia mendapatkan hibah pesawat pembom modern dari Rusia. Pesawat ini merupakan satu-satunya yang dimiliki sebuah negara di kawasan Asia Tenggara saat itu.
Namun, kudeta terhadap pemerintah yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat hubungan Indonesia dan Uni Soviet memburuk. Bahkan, Presiden Soeharto saat itu lebih memilih produk barat, sedangkan pesawat canggih asal Rusia tidak lagi dipakai hingga benar-benar dipensiunkan dari tugasnya.
Kini, Indonesia telah menjajaki pembelian alutsista baru setelah sempat diembargo pemerintah AS sejak 1998 lalu. Hasilnya, Indonesia kini memiliki 2 jenis jet tempur yang menjadi andalan dalam mengamankan wilayah udaranya dari pesawat-pesawat asing yang masuk secara ilegal.
Seperti apa kekuatan jet tempur canggih yang pernah dibeli TNI AU dari Rusia? Berikut rangkumannya:
1. 4 Jet tempur MiG
Mig-17 AURI.
Merdeka.com - Kedigjayaan
udara sangat terasa ketika Indonesia resmi menerima pengakuan kedaulatan dari
Belanda. Uni Soviet yang saat itu menjadi musuh negara-negara Barat, secara
terang-terangan menghibahkan sejumlah peralatan tempur modernnya kepada
Indonesia.
Pesawat tempur yang diterima bukan sembarangan, bahkan termasuk modern ketika itu. Tiga pesawat yang diberikan secara cuma-cuma itu merupakan buatan Mikoyan-Gurevich, yakni MiG-15, MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Secara spesifikasi, keempat pesawat ini tak memiliki kekuatan yang begitu jauh. Apalagi, keempatnya merupakan hasil perbaikan dari versi sebelumnya.
MiG-15 misalnya, pesawat ini memiliki panjang 10,07 meter dan lebar sayap 10,08 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong 3.630 kg dilengkapi mesin Klimov VK-1 sehingga mampu melesat dengan kecepatan maksimal 1.059 km per jam, dan menempuh jarak hingga 1.240 km.
Pesawat tempur yang diterima bukan sembarangan, bahkan termasuk modern ketika itu. Tiga pesawat yang diberikan secara cuma-cuma itu merupakan buatan Mikoyan-Gurevich, yakni MiG-15, MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Secara spesifikasi, keempat pesawat ini tak memiliki kekuatan yang begitu jauh. Apalagi, keempatnya merupakan hasil perbaikan dari versi sebelumnya.
MiG-15 misalnya, pesawat ini memiliki panjang 10,07 meter dan lebar sayap 10,08 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong 3.630 kg dilengkapi mesin Klimov VK-1 sehingga mampu melesat dengan kecepatan maksimal 1.059 km per jam, dan menempuh jarak hingga 1.240 km.
Pesawat ini pernah dipakai berlatih oleh militer Indonesia selama persiapan Operasi Trikora untuk membebaskan Papua Barat dari tangan Belanda. Pesawat ini tak lagi digunakan pada 1969 dan dipensiunkan setahun berikutnya.
Lalu MiG-17 ini memiliki panjang 11,26 meter dan lebar sayap 9,63 meter. Pesawat berbobot kosong 3.919 kg dan bobot maksimal 5.350 kg ini dilengkapi mesin Klimov VK-1F. Kecepatan pesawat mencapai 1.145 km per jam pada ketinggian 10.000 kaki dan melesat sampai 2.060 km.
Sedangkan MiG-19 sedikit lebih panjang, yakni 12,54 meter dengan lebar sayap mencapai 9 meter. Pesawat berbobot kosong 5.447 kg ini dilengkapi 2 mesin Tumansky RD-9B. Dengan mesin tersebut, pesawat ini mampu melesat hingga 1.455 km per jam dan menempuh jarak 2.200 km dengan tangki tambahan.
Tak kalah dengan pendahulunya,
MiG-21 memiliki panjang 14,5 meter dan lebar sayap 7.154 meter ini memiliki
bobot bersih 8.825 kg. Pesawat ini dilengkapi sebuah mesin Tumansky R25-300
yang membuatnya melesat hingga 2.175 km per jam dengan jarak tempuh 1.210 km.
Dari ketiga pesawat, masih ada satu pesawat yang tak kalah canggihnya, yakni Lavochkin La-11. Pesawat ini memiliki panjang lebih kecil dibanding empat pesawat MiG yang diterima Indonesia, yakni 8,62 meter dan lebar sayap 9,80 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong 2.770 kg.
Pesawat ini dilengkapi mesin
Shvetsov ASh-82FN yang dilengkapi pendingin udara serta fuel injection.
Kecepatan yang mampu dicapai pesawat jenis hanya 674 km per jam, namun bisa
melesat hingga 2.235 km sejak lepas landas.
2. 3 Jenis pesawat bomber tercanggih
Pesawat Tu-16 KS.
Merdeka.com - Di era orde
lama, Indonesia tak hanya mendapat pesawat tempur saja, tapi juga pesawat jenis
bomber canggih. Pesawat ini sudah menjalani berbagai medan tempur, salah
satunya saat menghadapi para pemberontak.
Ada tiga jenis pesawat bomber yang diterima Indonesia, yakni Tupolev Tu-2, Tu-16 dan Ilyushin Il-28. Dibanding Tu-16 dan Ilyushin Il-28, kemampuan tempur Tu-2 sudah terlihat saat berlangsungnya perang dunia kedua.
Ada tiga jenis pesawat bomber yang diterima Indonesia, yakni Tupolev Tu-2, Tu-16 dan Ilyushin Il-28. Dibanding Tu-16 dan Ilyushin Il-28, kemampuan tempur Tu-2 sudah terlihat saat berlangsungnya perang dunia kedua.
Secara spesifikasi, Tu-2 yang
memuat 4 orang kru ini dibuat pada 1941-1948. Pesawat berbobot kosong 7.601 kg
ini dilengkapi 2 mesin Shvetsov ASh-82 dengan kecepatan 528 km per jam.
Kemampuan menjelajah pesawat ini hanya mampu mencapai 2.020 km. Namun, pesawat
ini mampu membawa bom seberat 9,000 kg.
Tu-16 ini memuat 7 orang kru mulai diperkenalkan
pada 1954 dan berhenti diproduksi tahun 1993. Pesawat berbobot kosong 37.200 kg
ini dilengkapi 2 mesin Mikulin AM-3 M-500 dan mampu melesat hingga 1.050 km per
jam, serta mampu menjelajah sampai 7.200 km.
Selain Tupolev, Indonesia juga menerima
pesawat pembom dari pabrikan Ilyushin, yakni Il-28. Pesawat yang memuat 3 kru
ini mulai diproduksi pada 1948 dan berhenti berdinas era 1980-an. Pesawat
berbobot 12.890 kg ini dipasang 2 mesin Klimov VK-1A turbojets dan mampu
melesat hingga 902 km per jam, dengan kemampuan jelajah hingga 2.180 km.
Pesawat ini bisa membawa bom seberat 3.000 kg.
3. 2 Jenis helicopter
Heli Mi-4.
Merdeka.com - Selain
pesawat, Indonesia juga menerima sejumlah helikopter angkut dari Uni Soviet.
Ada dua jenis heli yang diterima TNI AU ketika itu, yakni Mil Mi-4 dan Mi-6.
Kedua heli ini merupakan kendaraan angkut paling modern yang dimiliki
Indonesia.
Pembuatan Mi-4 dilakukan sebagai respon terhadap H-19 Chickasaw buatan AS yang dipakai selama berlangsungnya Perang Korea. Heli yang dibuat pada 1951 sampai 1979 ini pertama kali diperkenalkan kepada dunia saat berlangsungnya Soviet Aviation Day yang digelar di Tushino.
Pembuatan Mi-4 dilakukan sebagai respon terhadap H-19 Chickasaw buatan AS yang dipakai selama berlangsungnya Perang Korea. Heli yang dibuat pada 1951 sampai 1979 ini pertama kali diperkenalkan kepada dunia saat berlangsungnya Soviet Aviation Day yang digelar di Tushino.
Secara karakteristik, Mi-4 ini bisa
membawa 16 orang tentara atau mengantarkan kargo seberat 1.600 kg ke tempat
tujuan. Untuk tenaganya, heli ini dilengkapi sebuah mesin Shvetsov ASh-82V
radial engine sehingga mampu terbang dengan kecepatan 185 km per jam dan
menempuh jarak sampai 500 km.
Berbeda dengan Mi-4, Mi-6 merupakan heli angkut berat. Jika di era modern, maka heli ini setara dengan Eurocopter AS 332 Super Puma milik TNI AU. Mi-6 diproduksi pada 1960 sampai 1981.
Berbeda dengan Mi-4, Mi-6 merupakan heli angkut berat. Jika di era modern, maka heli ini setara dengan Eurocopter AS 332 Super Puma milik TNI AU. Mi-6 diproduksi pada 1960 sampai 1981.
Pada eranya, heli ini dijuluki sebagai pesawat terbesar karena mampu memuat
kargo hingga 12.000 kg. Dengan 2 unit mesin jenis Soloviev D-25V turboshaft
heli ini memiliki kecepatan maksimal 300 km per jam hingga membuatnya
disebut-sebut heli tercepat di dunia. Karena ukurannya yang besar, Mi-6 bisa
menampung 90 penumpang atau 70 pasukan terjun payung.
4. Pesawat angkut personel
Ilyushin Il-14.
Merdeka.com - Tak kalah
pentingnya, Indonesia juga mendapatkan dua jenis pesawat angkut personel. Kedua
pesawat itu adalah Antonov An-12 dan Ilyushin Il-14.
Khusus Antonov An-12, pesawat yang diproduksi 1957 hingga 1973 tidak jauh berbeda dengan Lockheed C-130 Hercules buatan Amerika Serikat. Namun, pesawat buatan Uni Soviet itu memiliki box pertahanan di bagian ekornya.
An-12 ini mempekerjakan lima orang kru yang terdiri dari 2 pilot, teknisi, navigator dan operator radio. Pesawat ini mampu menampung hingga 60 orang penumpang, termasuk kendaraan tempur jenis BMD-1.
Khusus Antonov An-12, pesawat yang diproduksi 1957 hingga 1973 tidak jauh berbeda dengan Lockheed C-130 Hercules buatan Amerika Serikat. Namun, pesawat buatan Uni Soviet itu memiliki box pertahanan di bagian ekornya.
An-12 ini mempekerjakan lima orang kru yang terdiri dari 2 pilot, teknisi, navigator dan operator radio. Pesawat ini mampu menampung hingga 60 orang penumpang, termasuk kendaraan tempur jenis BMD-1.
Pesawat berbobot kosong 28.000 kg itu dilengkapi 4 unit mesin Ivchenko AI-20L atau bisa juga dipasang mesin 4 mesin AI-20M turboprops. Kecepatan maksimal pesawat ini mencapai 777 km per jam dan mampu menempuh jarak hingga 5.700 km (full tank) atau 3.600 km jika seluruh badan pesawat terisi penuh.
Sedangkan Ilyushin Il-14 ini hanya dioperasikan empat orang kru dan mampu menampung hingga 32 orang penumpang. Pesawat berbobot kosong 12.600 kg itu dilengkapi 2 unit mesin Shvetsov ASh-82T 14 berpendingin udara berbentuk silinder.
Kecepatan maksimal pesawat ini mencapai 417 km per jam dan mampu menempuh jarak hingga 1.305 km.
5. 2 Jet tempur terbaru era modern
Sukhoi Su-30.
Merdeka.com - Setelah era
reformasi bergulir, Indonesia mulai melirik Rusia untuk membeli peralatan
tempur canggih dari negara tersebut. Pembelian ini dilakukan karena Indonesia
tengah menjalani hukuman embargo yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat,
alhasil alutsista yang dimiliki TNI AU kebanyakan mulai usang, bahkan terpaksa
dikanibal dengan pesawat lainnya.
Pembelian pesawat ini berlangsung di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan sistem barter, Indonesia menawarkan produk-produk lokalnya untuk melunasi harga Sukhoi yang sangat tinggi. Cara ini dinilai lebih efektif, mengingat Indonesia tengah memulihkan diri pasca krisis ekonomi sejak 1998 lalu.
Terdapat dua jenis pesawat yang dibeli Indonesia, yakni Su-27 dan Su-30. Pesawat ini dikenal oleh negara-negara Barat dengan nama Flanker-A.
Bicara soal kemampuan, Su-27 terpasang radar jenis Phazotron N001 Myech yang berelasi dengan Pulse-Doppler yang bisa mencari, mengunci hingga menembak jatuh pesawat musuh. Jet tempur ini juga memiliki sistem OLS-27 yang mampu mendeteksi lawannya sejauh 100 km.
Pembelian pesawat ini berlangsung di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan sistem barter, Indonesia menawarkan produk-produk lokalnya untuk melunasi harga Sukhoi yang sangat tinggi. Cara ini dinilai lebih efektif, mengingat Indonesia tengah memulihkan diri pasca krisis ekonomi sejak 1998 lalu.
Terdapat dua jenis pesawat yang dibeli Indonesia, yakni Su-27 dan Su-30. Pesawat ini dikenal oleh negara-negara Barat dengan nama Flanker-A.
Bicara soal kemampuan, Su-27 terpasang radar jenis Phazotron N001 Myech yang berelasi dengan Pulse-Doppler yang bisa mencari, mengunci hingga menembak jatuh pesawat musuh. Jet tempur ini juga memiliki sistem OLS-27 yang mampu mendeteksi lawannya sejauh 100 km.
Secara spesifikasi, pesawat ini memiliki bobot kosong 16.380 kg. Sebagai penggerak, terdapat 2 unit mesin Saturn/Lyulka AL-31F turbofans ditambah tangki yang mampu memuat bahan bakar hingga 9.400 kg. Kecepatan maksimal yang dicapai pesawat ini mencapai 2.500 km per jam (1.550 mph Mach 2.35) dan menempuh jarak sampai 3.530 km. Terdapat 5 pesawat jenis Su-27SK/SKM yang dimilik Indonesia saat ini.
Sedangkan Su-30 dilengkapi dua mesin Saturn AL-31F afterburning yang membuatnya mampu melesat hingga 2.120 km per jam (1.320 mph Mach 2). Dengan kapasitas tangki sebesar 5.270 kg, pesawat ini bisa menjalani 4,5 jam pertempuran udara dengan jarak tempuh 3.000 km. TNI AU memiliki 11 jenis Su-30MK/MK2 yang mulai berdinas sejak September 2013 lalu.
Ref.
yodi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar