11 Agustus 2014
Ilustrasi fly pass pesawat tempur
TNI AU (foto : tempo.co)
Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia usai
upacara Peringatan ke-67 Hari Bhakti TNI Angkatan Udara di Kesatrian AAU Yogjakarta,
Kamis (7/8/2014) menyatakan bahwa pada peringatan HUT RI ke-69 tanggal 17
Agustus 2014, TNI AU akan melakukan fly pass (terbang lintas) diatas
panggung kehormatan.
Fly Pass akan dilakukan oleh 32 pesawat TNI
AU dalam dua formasi besar. Flight kesatu terdiri dari formasi 10
pesawat tempur latih T-50 Golden Eagle asal Korea dan 6 pesawat tempur
ringan Hawk 100/200. Sementara flight kedua terdiri dari 8 pesawat F-16
versi lama dan termasuk 3 pesawat yang baru tiba, hibah dari pemerintah
AS, F16 blok C/D 52ID, juga gabungan dari 8 pesawat Sukhoi-27/30. Dengan
demikian maka masing-masing flight akan terdiri terdiri dari 16
pesawat, dimana jumlah masing-masing formasi merupakan kekuatan satu skadron
udara.
Terbang lintas tersebut merupakan sebuah pertanggung
jawaban TNI AU sebagai abdi negara dalam mempertahankan kedaulatan di udara.
Dimana pemerintahan Presiden SBY telah menambah kekuatan pesawat latih dan
tempur udara. Dalam fly pass akan ditampilkan berbagai pesawat produk dari
empat negara. Pesawat T-50 tempur taktis adalah pesawat terbaru
buatan Korea Selatan, pesawat Hawk 100/200 buatan Inggris, pesawat F-16 buatan
Amerika Serikat dan pesawat Sukhoi 27/30 buatan Rusia. Dengan demikian maka
dari pengalaman pahit di masa lalu soal embargo, kini TNI AU menjadi
lebih fleksibel dan akan selalu mampu melaksanakan pertahanan udara apabila
terulang kembali kasus embargo.
Terkait dengan datangnya alutsista TNI AU yang
baru dan kesiapan penerbangnya, Kasau mengatakan, paralel dengan penambahan
pesawat sudah disiapkan dan di programkan jumlah pesawat serta penerbang dan
pelatihnya sehingga pesawat yang ada akan siap operasional, paling tidak 75
persen harus siap operasi dan 25 persen untuk perawatan.
Kasau mengharapkan, paling tidak 40
penerbang dapat dihasilkan dari setiap angkatan sekolah
penerbang dengan masukan dari sekolah penerbang PSDP dan AAU serta lulusan
sekolah penerbang dari negara sahabat di luar negeri seperti Amerika Serikat.
Menyiapkan seorang penerbang tempur bukanlah
pekerjaan mudah, jenjang pendidikannya bertingkat dan selalu seorang penerbang
harus siap baik dalam masalah kesehatan, skill maupun sikap mentalnya. Semakin
canggih sebuah pesawat tempur, maka dibutuhkan skill penerbang yang semakin
tinggi. Oleh karena itu dengan penambahan 102 pesawat bermacam
jenis dalam dua renstra, maka kebutuhan penerbang sekaligus para ground
crew menjadi tugas berat dan mutlak yang sukses disiapkan oleh para
pimpinan TNI AU.
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-II dibawah
Presiden SBY yang memutuskan meningkatkan kemampuan militer (TNI) dalam konsep
MEF yang akan dilaksanakan melalui rencana strategis 5
tahunan. Kementerian Pertahanan optimis pencapaian kekuatan pokok
minimal (MEF) lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan. Jika awalnya
pencapaian MEF akan tercapai pada 2024, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
yakin MEF bisa tercapai pada 2019. “Awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai
dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua
kali renstra (2009-2019),” kata Menhan.
Walaupun jumlah skadron masih dapat
dikatakan belum memenuhi kebutuhan pertahanan secara penuh dibandingkan dengan
luas wilayah, tetapi dengan penambahan kekuatan pesawat tempur unggulan, TNI AU
sudah mampu melindungi wilayah kedaulatan dari penerbangan gelap serta ancaman
udara. Penggelaran kekuatan dapat dilakukan merata baik di wilayah
Indonesia Barat, Tengah maupun Timur.
Balance of Power dengan Australia
Kini Indonesia sudah dalam taraf selangkah lebih
maju, bangkit berdiri tegak sejajar dengan negara tetangga. TNI AU sudah
memiliki Flanker Family, SU-27SKM dan SU-30MK2 disamping Fighting Falcon F-16.
Untuk Su-27 dirancang sebagai pesawat interceptor dan pesawat tempur
superioritas udara jarak jauh, masuk generasi ke-4, menjadi saingan utama
pesawat tempur buatan Amerika Serikat (F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting
Falcon, dan F/A-18 Hornet). Sementara Sukhoi-30 (Flanker C) adalah
pesawat tempur multifungsi generasi ke-4+, yang efektif dipakai sebagai pesawat
serang darat.
Dari pengalaman perbandingan kekuatan, kini TNI
AU bisa berbangga diri, dimana alutsista tempur yang dimiliki telah mampu
mengimbangi negara-negara tetangga, dan bahkan dalam kondisi terkini Sukhoi
TNI AU sempat membuat kejutan di Australia. Saat TNI AU mengikuti
latihan bersama Pitch Black 2012, pemerintah Australia, khususnya RAAF
merasakan kegundahan dan keterkejutan, dimana Su-30 TNI AU ternyata
lebih unggul dibandingkan F-18F Super Hornet hampir disemua lini.
Dari hasil latihan tersebut, Australia kini telah memutuskan akan membeli
58 buah pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter.
Dari keputusan tersebut, ternyata The
Business Spectator, media di Australia masih tetap juga meragukannya.
Dikatakan, bahwa Indonesia bisa sewaktu waktu membeli Su-35 atau juga nanti pesawat
tempur generasi kelima PAK-FA T-50. Apabila tidak membeli F-35, maka
Australia akan menjumpai masalah besar. Para pengamat militer di Australia
menyatakan bahwa dalam memegang slogan RAAF (first look, first shoot,
first kill), para pejabat Australia harus berjuang keras.
Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, “Sebagai
contoh, F-35 JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif hanya
untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 feet (walau masih bisa beroperasi
lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi). Sebaliknya, Sukhoi
dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang jauh lebih tinggi dan
dengan kelebihan dan keuntungan, mereka memiliki sistem dan senjata yang bisa
meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum mereka memiliki kesempatan menerapkan
slogannya.” Ditegaskan oleh BS bahwa tidak ada pertempuran udara yang
diperlukan. Pesawat Australia sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap
jauh sebelum dia menyadarinya.
Jalan keluar terbaik yang disarankan adalah apabila
Australia (RAAF) memiliki F-22 Raptor atau teknologi Raptor yang diterapkan
pada pesawat tempur pilihan yang dipilih. Yang menjadi masalah, Amerika tidak
mengijinkan F-22 dijual kepada negara lain selain untuk kepentingan pertahanan
dalam negerinya. Dengan demikian walau kini Australia akan membeli 58 buah F-35
yang akan diterima pertama tahun 2018, BS masih meragukan, karena tinggal
selangkah lagi Indonesia bisa memiliki Sukhoi-35.
Karena belum adanya pilihan lain, mengingat
Indonesia kini sudah memiliki Sukhoi yang mampu mendikte Super Hornet
mereka, pemerintah Australia meyakinkan masyarakatnya. PM
Abbott saat mengumumkan keputusan pembelian F-35 menurut SMHU (23/4/2014)
menyatakan, “The fifth-generation F-35 is the most advanced fighter in
production anywhere in the world and will make a vital contribution to our
national security.” Diberitakan juga keyakinan pemerintah Australia,
bahwa pesawat F-35 yang akan beroperasi bersama-sama dengan pesawat
tempur Super Hornet serta pesawat electronic warfare Growler akan memastikan
Australia mampu mempertahankan keunggulan udara di kawasan regional.
Selain itu Australia juga memutuskan akan membeli
tujuh pesawat tanpa awak (drones/UAV) Triton MQ-4C buatan
pabrik Northrop Grumman, seperti yang kini dipergunakan oleh US Navy.
Menteri Pertahanan Australia David Johnston kini sedang berjuang keras untuk
mendapat persetujuan kabinet agar kebutuhan pengadaan tujuh Triton sebesar
US$2,5 milyar dapat terpenuhi. Triton adalah satu-satunya UAV yang bisa
terbang di 20.000 meter (60.000 feet) selama 30 jam dan dapat memantau hingga
seluas 40.000 kilometer persegi lautan dalam misi tunggalnya .
Triton memiliki lebar sayap 40 meter dan sensor
suite akan mencakup radar 360 derajat yang kuat , seluruh elektro optik dan
kamera infra merah , pelacakan sasaran dan auto motion video penuh . Versi
Global Hawk juga telah digunakan sebagai simpul komunikasi untuk suara dan data
untuk pasukan AS atas Afghanistan dan menurut Northrop Grumman, sebuah Triton
tunggal bisa menutupi area yang sama dengan 14 sampai 21 UAV lain .
Mengapa pemikiran balance of power
dengan Australia? Karena dari beberapa negara tetangga, Australia salah satu
negara yang sangat paranoid apabila Indonesia meningkatkan
kemampuan alutsistanya, dengan pemahaman balance of power. Australia yang
menurut pengamat militer, selalu merasa sebagai Deputy Sherif AS di
kawasan Asia Tenggara, selalu menaruh curiga kepada Indonesia. Dalam buku putih
pertahanannya, sebagai dasar pijakan pertahanan, disebutkan
bahwa musuhnya akan datang dari Utara, berarti jelas dari wilayah
Indonesia.
Australia beberapa waktu lalu terbukti
bersama-sama Amerika telah melakukan operasi penyadapan kepada pejabat Indonesia
(termasuk Presiden SBY dan Ibu negara). Berarti memang apabila militer
strategis dan pertahanan udara kita lemah seperti saat Operasi Seroja, maka
Australia kembali akan mengacak-acak wilayah Indonesia. Mereka saat itu bebas
merdeka membantu Fretilin dengan melalui unsur udara tanpa terlacak. Tetapi
kini TNI AU telah dilengkapi dengan Radar di wilayah Timur, yang berarti dari
Barat ke Timur sudah di cover radar Kohanudnas. Australia sudah tidak bisa
bebas bermain-main seperti dahulu lagi.
Dari sejarah konflik militer, Australia pernah
sangat gundah saat Indonesia mempunyai TU-16 pada tahun 1961 (Operasi Trikora).
Kemampuan udara strategis TNI AU mampu melintasi wilayah udaranya dan juga
wilayah udara Singapura dan Malaysia. Kekuatan pembom strategis TNI AU membuat
Belanda tanpa banyak ribut melepaskan Irian Barat (kini Papua). Semua adalah
atas saran AS sebagai sekutunya, yang melakukan pengintaian dengan pesawat
mata-mata U-2, membenarkan bahwa di Lanud Iswahyudi, Madiun terparkir pembom
berat itu. Jadi kekuatan udara yang canggih bisa dipergunakan untuk
kepentingan diplomasi, lebih efektif karena adanya unsur “pressure”
disitu.
Dari pembahasan singkat diatas, penulis
menyarankan, dalam waktu beberapa bulan lagi akan terjadi pergantian
pemerintahan. Pemikiran akan pentingnya kepemilikan alutsista yang agak
mengimbangi negara tetangga sangatlah diperlukan. Upaya untuk mencapai
kekuatan pokok minimum, MEF (Minimum Essential Force) pertahanan yang
kini baru tercapai sekitar 40 persen penulis harapkan masih menjadi fokus
kebijakan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI ke depan. Kita
membutuhkan kekuatan tempur handal, tanpa itu maka negara ini tidak mempunyai
bargaining power, lebih khusus lagi kita tidak punya bargaining position.
Kira-kira kesimpulannya, dibutuhkan kesinambungan kebijakan.
Inilah Pesawat-pesawat yang akan
melakukan Fly passs Pada 17 Agustus 2014 :
Pesawat tempur F-16 merupakan
salah satu tulang punggung Pertahanan Udara Indonesia, tergabung di Skadron 3
(Lanud Iswahyudi, Madiun) dan Skadron-16 Lanud Rusmin
Nuryadin, Pekanbaru. Kedua Skadron akan diperkuat F-16 A/B-15OCU (versi
terdahulu TNI AU) dan F-16 C/D-52ID (versi upgrade) yang baru tiba
dari AS.
F-16 ID yang baru di upgrade mampu menggotong
persenjataan kanon 20mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser Guided Bomb
Paveway, JDAM (GPS Bomb), rudal AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon antikapal,
AGM-88 HARM antiradar, AIM-9 Sidewinder L/M/X, AIM-120 AMRAAM-C untuk
penembakan “Beyond Visual Range”.
ACMI Pod serta mampu menggunakan navigation dan
targeting pod untuk operasi malam hari serta misi Suppression Of Enemy Air
Defence (SEAD), yaitu menghancurkan pertahanan udara musuh.
Sukhoi Su-27 (kode NATO:
Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan
dirancang oleh Biro Desain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi
saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat,
F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak
jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Sukhoi
TNI AU adalah Su-27 MKM sebanyak 10 buah di Skadron-11, dengan dislokasi di
Lanud Hasanudin, Makassar. Bentuk Su-27 dan Su-30 hampir mirip karena itu hanya
satu yang ditayangkan (perbedaan utama pada warna lorengnya, Su-27 Abu-abu,
Su-30 Biru).
Sukhoi Su-30 (kode NATO:
Flanker-C) adalah pesawat tempur yang dikembangkan oleh Sukhoi Rusia pada tahun
1996. Pesawat ini adalah pesawat tempur multi-peran, yang efektif dipakai
sebagai pesawat serang darat. Pesawat ini bisa dibandingan dengan F/A-18E/F
Super Hornet and F-15E Strike Eagle Amerika Serikat, (unggul dari Super Hornet
saat latihan Pitch Black 2012). Pesawat ini adalah pengembangan dari
Su-27UB, dan memiliki beberapa varian. Seri Su-30K dan Su-30MK telah sukses
secara komersial. Varian-varian ini diproduksi oleh KNAAPO dan Irkut, yang
merupakan anak perusahaan dari grup Sukhoi. KNAAPO memproduksi Su-30MKK dan
Su-30MK2. Enam buah Su-30 MK2 kini memperkuat Skadron 11, Wing-5 Koopsau-II.
Persenjataan Sukhoi TNI AU adalah peluru
kendali (rudal) Zvezda Kh-31P atau sandi NATO, AS-17 Krypton dikenal
sebagai mediun range air to surface missile. Rudal Krypton buatan
Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap
sasaran darat maupun udara, misalnya sistem pertahanan musuh atau pesawat
mata-mata seperti AWACS. Rudal anti-radar ini bisa mematikan penjejaknya
saat diserang.
Komponen tercanggih rudal Kh-31P adalah
kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan pada sistem
roket pendorongnya (propulsi ganda). Pada tahap awal rudal ini
berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan kecepatan
1,8 mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas, digantikan 4 mesin jet
pendorong, hingga mencapai kecepatan 3,5 mach. Kecepatan tinggi ini berguna
untuk mengurangi resiko rudal disergap oleh anti rudal, termasuk apabila
harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar
penjejak (air search radars) dan (fire control radar).
Krypton memiliki kecepatan hingga
Mach 3,5, mampu terbang sejauh 110 Km. Memiliki kemampuan sea skimming, dan
bisa mematikan penjejaknya. Krypton yang termasuk ke dalam keluarga ARM (Anti
Radiation Missile), dapat diluncurkan dari pesawat Sukhoi-27, dan
Sukhoi-30 TNI AU. Pada tahun 1988 Krypton dikembangkan sebagai jawaban terhadap
pengembangan sistem pertahanan udara Patriot dan Aegis dari AS.
Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat
600 Kg, tidak dibebani hulu ledak besar hanya 90 Kg (Blast
Frag). Karena rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan kapal perang,
fasilitas radar, drone , ataupun pesawat mata-mata. Karena itu maka
Krypton mendapat julukan “ The AWACS killer”.
Untuk varian Kh-31P yang dimiliki TNI AU
menggunakan pemandu radar pasif untuk sistem rudal anti radiasi. Bila pada
versi Kh-31A jarak tembak hanya 50 km, maka pada versi Kh-31P jarak tembak
ditingkatkan hingga 110 km, type Kh-31PKM jarak tembaknya 200km. Hingga
kini KH-31P masih diandalkan oleh AU Rusia, Cina, India, Venezuela, Kuba,
Suriah, Vietnam dan kini Indonesia. Ini hanyalah adalah salah satu senjata
Sukhoi yang diketahui, masih ada beberapa lagi yang tidak dipublikasikan.
Pesawat T-50i Golden Eagle
memberikan total sistem pelatihan lanjutan yang akan menjembatani kesenjangan
antara pelatihan terbang dasar kepada pesawat tempur dengan kinerja tinggi. Ini
adalah pesawat latih yang akan memperkenalkan kepada para penerbang generasi
baru pesawat tempur yang modern dan canggih.
T-50 adalah pesawat
produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) yang
dalam proses pembuatannya pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh Lockheed
Martin (AS) , 17 persen oleh KAI dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh
pemerintah Korea Selatan. T-50 telah dikembangkan lebih lanjut menjadi
pesawat aerobatic (T-50B, digunakan tim aerobatik AU Korea Selatan/
ROKAF).
Varian T-50A untuk latih lanjut, T-50B untuk LIFT
(lead-in fighter trainer) yang disebut juga FA-50 oleh Republic of Korea Air
Force (RoKAF), yaitu multirole fighter mirip dengan multirole KF-16 (F-16
versi Korsel). Negara lain yang memesan T-50A adalah Irak,
Polandia, Spanyol dan Philipina.
Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan
KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi
Republik of Korea Air Force (ROKAF). Pesawat latih supersonik seharga US $21
juta dolar (tahun 2008) ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya.
Pesawat ini juga sebagian akan dipergunakan sebagai pesawat aerobatic,
(Jupiter Aerobatic Team). Dalam kondisi khusus, Golden Eagle juga akan
dipergunakan sebagai pesawat serang ringan.
Pesawat ini dilengkapi dengan sistem avionik
canggih seperti Active Electronically Scanned Array (AESA)
radar, dilengkapi dengan engine General Electric F404-102 tunggal
mesin turbofan lisensi diproduksi oleh Samsung Techwin, di upgrade dengan Full
Authority Digital Engine Control (FADEC) sistem yang dikembangkan
bersama oleh General Electric dan Korea Aerospace Industries. T-50 juga
dilengkapi dengan Honeywell H-764G embedded global positioning/ inertial
navigation system dan HG9550 radar altimeter. Ini adalah pesawat latih pertama
yang memiliki fitur digital triple kontrol fly-by-wire yang maju.
T-50 juga dilengkapi dengan
persenjataan General Dynamics A-50, 20 mm meriam internal. Meriam
versi tiga laras dari Vulcan M61 dengan 205 butir amunisi linkless.
Misil AIM-9 Sidewinders dapat dipasang pada wing tip (ujung sayap), dan senjata
tambahan lainnya dapat dipasang pada underwing. Kompatibel peluru kendali air
to ground, RUPS-65 Maverick, Hydra 70 dan peluncur roket LOGIR,
CBU-58 dan MK-20 kluster bom , Mk-82, -83, dan -84 general purpose bombs.
Pesawat
Tempur Hawk 100/200, yang dioperasikan TNI AU, oleh pabrik
pembuatnya British Aerospace (BAe) diberi kode tambahan angka 9 hingga
dikenal dengan seri Hawk 109/209. Hawk 109 adalah jet
tempur latih advance trainer / LIFT (Lead In Fighter Trainer). Dengan
pesawat ini, pendidikan bagi pilot tempur akan lebih singkat, karena teknologi
dan kemampuannya mendekati kemampuan jet tempur sejati.
Hawk 209 TNI AU yang berkursi tunggal telah
dilengkapi dengan avionic yang lebih canggih ini adalah pesawat
tempur ringan yang berkemampuan multirole. Karena sudah sangat mendekati fungsi
tempur sesungguhnya, pihak pabrik menambah radar APG 66H adalah
buatan Northrop Grumman, yang juga digunakan pada pesawat F-16A/B, serta
dilengkapi dengan air refuelling probe. Selain itu pesawat latih ini dilengkapi
dengan sistem navigasi LINS 300 Ring Laser Gyroscope, Air Data Sensor dan
Display Processor and Mission Computer.
Sebagai jet tempur, Hawk 209 dilengkapi berbagai
persenjataan. Kombinasi senjata untuk misi combat air patrol adalah gabungan
dari kanon ADEN 30mm dan dua rudal AIM-9 P4 Sidewinder yang dipasang
pada wingtip. Pesawat ini juga dapat membawa peluru kendali (rudal) udara
ke darat AGM-65 Maverick, udal anti kapal Sea Eagle, Torpedo, serta berbagai
macam jenis bom. Khusus untuk kanon ADEN dipasang diluar tubuh pada cantelan
bagian tengah. Selain itu, karena fisiknya yang kecil, radius tempur jet ini
juga terbatas. Kelemahan ini bisa diatasi dengan dukungan pesawat tanker
KC-130B
Pada awal kedatangannya, Hawk 109/209 berjumlah
40 pesawat yang terdiri dari 8 pesawat Hawk 109, 32 pesawat Hawk 209 dan
ditempatkan di Skadron Udara 1 Elang Khatulistiwa Lanud Supadio, Pontianak
dan Skadron Udara 12 Black Panthers, Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru,
Riau.
Penutup
Demikian gambaran singkat serta beberapa
informasi dengan data dari beberapa jenis pesawat tempur kebanggaan TNI AU yang
akan melakukan terbang lintas pada saat peringatan detik-detik proklamasi Hari
Ulang Tahun Republik Indonesia ke-69, tanggal 17 Agustus 2014. Fly Pass
semacam ini juga pernah dilakukan pada peringatan HUT RI tahun lalu dan
mendapat sambutan meriah, karena para putera terbaik insan dirgantara yang
terpilih menerbangkan pesawat tempur ini juga merasa bangga memberikan bukti
kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia.
Inilah kami, bagian dari abdi negara yang akan
berjuang mempertahankan negara ini melalui wahana udara. Selamat Ulang Tahun
Negara Kesatuan Republik Indonesia ke-69, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
melindungi Indonesia menuju cita-cita mulianya, adil, makmur, sejahtera.
Indonesia I Love You, sampai kapanpun. (www.ramalanintelijen.net)
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar